Ilustrasi. Foto: mas-software.com
Husen Miftahudin • 25 October 2025 15:31
Jakarta: Dalam menjalankan wirausaha, pengeluaran tidak hanya terbatas pada biaya yang berkaitan langsung dengan produksi barang atau jasa. Terdapat kategori biaya lain yang memegang peran sangat penting dalam manajemen keuangan, yang dikenal sebagai biaya overhead.
Memahami biaya overhead adalah langkah krusial bagi perusahaan untuk mengawasi arus kas secara efektif. Dengan pemahaman yang baik, perusahaan dapat menyusun strategi efisiensi anggaran dengan lebih tepat sasaran.
Apa itu biaya overhead?
Secara definisi, biaya
overhead adalah semua jenis pengeluaran yang tidak berkaitan secara langsung dengan aktivitas produksi atau pembuatan produk utama. Meskipun tidak terkait langsung, biaya ini menjadi faktor penentu kelancaran proses operasional usaha secara keseluruhan.
Pengelompokan biaya
overhead dalam catatan keuangan ditujukan untuk memudahkan pengawasan arus kas (
cash flow). Cakupan biaya
overhead dalam suatu usaha cukup luas, mulai dari biaya administrasi hingga pengeluaran tambahan lainnya yang menunjang performa usaha.
Dengan adanya rincian alokasi biaya
overhead yang terperinci, manajemen perusahaan dapat melakukan evaluasi. Evaluasi ini memungkinkan perusahaan melakukan efisiensi dengan mengurangi pengeluaran yang dianggap tidak mendesak. Dalam praktiknya, perhitungan biaya
overhead menjadi dasar estimasi anggaran untuk setiap divisi di dalam perusahaan.
Tiga jenis biaya overhead
Dalam pengelolaan keuangan perusahaan, biaya
overhead diklasifikasikan menjadi tiga jenis utama. Perbedaan ketiganya terletak pada stabilitas nominal pengeluaran.
Berikut adalah tiga jenis biaya
overhead yang perlu diperhatikan:
- Biaya overhead tetap: Jenis ini merupakan pengeluaran di luar produksi yang nominalnya cenderung stabil atau tidak mengalami perubahan. Biaya ini harus dibayar terlepas dari naik atau turunnya aktivitas usaha, contohnya seperti gaji pokok pegawai, biaya sewa gedung atau alat, dan pajak.
- Biaya overhead variabel: Berkebalikan dari biaya tetap, nominal biaya overhead variabel kerap kali berubah-ubah. Perubahan ini sangat bergantung pada intensitas aktivitas usaha pada periode tertentu. Contohnya meliputi dana untuk iklan, bonus kinerja bagi pegawai, dan pembelian alat tulis kantor (ATK).
- Biaya overhead semi variabel: Jenis ini dikenal juga sebagai mixed cost atau gabungan antara overhead tetap dan variabel. Biaya ini memiliki nilai pembayaran minimum yang wajib dibayar (komponen tetap), namun nominalnya bisa meningkat seiring peningkatan aktivitas perusahaan (komponen variabel).
(Ilustrasi biaya overhead. Foto: kledo.com)
Contoh biaya overhead
Biaya
overhead mencakup semua pengeluaran di luar area produksi. Sifatnya bervariasi tergantung kebutuhan operasional perusahaan. Beberapa contoh biaya
overhead yang paling umum ditemukan dalam aktivitas wirausaha adalah sebagai berikut:
- Tagihan utilitas: Berbagai tagihan yang berkaitan dengan kelancaran proses kerja di perusahaan termasuk dalam biaya overhead. Tagihan seperti air, listrik, dan telepon umumnya masuk kategori semi variabel, karena memiliki batas pemakaian minimum namun bisa melonjak jika aktivitas usaha meningkat.
- Perlengkapan kantor: Kebutuhan mendasar seperti alat tulis kantor (ATK), meja, kursi, printer, hingga pengharum ruangan diperlukan untuk melancarkan kegiatan usaha dan menunjang kinerja pegawai.
- Asuransi: Untuk menjamin kesejahteraan dan keselamatan pegawai serta aset, perusahaan kerap menganggarkan biaya asuransi. Biaya asuransi ini nilainya cenderung tetap dari waktu ke waktu.
- Depresiasi aset: Penyusutan nilai aset atau depresiasi juga dicatat sebagai biaya overhead. Aset yang digunakan dalam jangka panjang akan mengalami penyusutan nilai manfaat, dan pencatatan ini penting untuk menyiapkan modal pembelian aset baru di masa depan.
Cara menghitung biaya overhead
Menghitung biaya
overhead merupakan bagian penting dalam penyusunan laporan keuangan. Tahap awalnya adalah mengelompokkan seluruh pengeluaran non-produksi berdasarkan divisi, lalu menganalisis setiap pengajuan biaya dari masing-masing bagian.
Selanjutnya, seluruh biaya overhead yang sudah terdata dijumlahkan ke dalam satu analisis anggaran. Setelah itu, dilakukan perhitungan persentase biaya overhead dengan membandingkan total biaya tidak langsung terhadap biaya langsung, kemudian dikalikan 100 persen.
Persentase yang diperoleh menjadi dasar evaluasi efisiensi pengeluaran perusahaan. Jika hasilnya menunjukkan pemborosan, manajemen dapat memangkas pos biaya yang dianggap kurang penting, sehingga pencatatan
overhead menjadi lebih akurat dan membantu kelancaran laporan keuangan, terutama bagi UMKM yang sedang tumbuh. (Daffa Yazid Fadhlan)