Hamas terbuka atas kemungkinan gencatan senjata selama lima tahun di Gaza. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 27 April 2025 08:38
Kairo: Kelompok pejuang Palestina Hamas terbuka terhadap kesepakatan untuk mengakhiri perang di Gaza, yang akan membebaskan semua sandera Israel dan mengamankan gencatan senjata selama lima tahun, kata seorang pejabat saat negosiator kelompok tersebut mengadakan pembicaraan dengan para mediator.
Delegasi Hamas berada di Kairo untuk berdiskusi dengan para mediator Mesir mengenai jalan keluar dari perang yang telah berlangsung selama 18 bulan tersebut. Di waktu bersamaan, para penyelamat mengatakan serangan Israel terhadap sebuah rumah di Kota Gaza telah menewaskan sedikitnya 10 orang.
Hampir delapan minggu setelah blokade bantuan Israel ke Gaza, Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan persediaan makanan dan medis hampir habis.
Pejabat Hamas, yang berbicara kepada AFP dengan syarat anonim, mengatakan bahwa mereka "siap untuk pertukaran tahanan dalam satu gelombang dan gencatan senjata selama lima tahun."
Upaya terbaru untuk menyegel gencatan senjata menyusul usulan Israel yang ditolak Hamas awal bulan ini karena hanya bersifat “parsial,” dan sebaliknya menyerukan perjanjian "komprehensif" untuk menghentikan perang yang dimulai pada 7 Oktober 2023.
Penolakan tawaran Israel tersebut, menurut seorang pejabat senior Hamas, mencakup gencatan senjata selama 45 hari dengan imbalan pengembalian 10 sandera yang masih hidup.
Hamas secara konsisten menuntut agar kesepakatan gencatan senjata harus mengarah pada berakhirnya perang, penarikan penuh Israel dari Jalur Gaza, dan lonjakan bantuan kemanusiaan.
Penarikan Israel dan "berakhirnya perang secara permanen" juga akan terjadi - sebagaimana yang digariskan oleh presiden Amerika Serikat saat itu Joe Biden - di bawah fase kedua gencatan senjata yang telah dimulai pada 19 Januari tetapi gagal dua bulan kemudian.
Hamas telah mengupayakan pembicaraan pada fase kedua, tetapi Israel menginginkan fase pertama diperpanjang.
Israel menuntut pengembalian semua sandera yang ditawan dalam serangan 2023, dan pelucutan senjata Hamas, yang ditolak kelompok.
"Kali ini kami akan menuntut jaminan mengenai berakhirnya perang," kata Mahmud Mardawi, seorang pejabat senior Hamas dalam sebuah pernyataan.
"Pendudukan dapat kembali berperang setelah kesepakatan parsial, tetapi tidak dapat melakukannya dengan kesepakatan komprehensif dan jaminan internasional,” sambungnya.
"Kami akan menuntut agar jaminan ini dimasukkan dalam perjanjian apa pun," tegas Mardawi.
Baca juga: Presiden Palestina Mahmoud Abbas Desak Hamas Serahkan Senjata