Asap dari pertempuran antara militer Sudan dan RSF. (Anadolu Agency)
Muhammad Reyhansyah • 17 November 2025 11:54
El-Obeid: Pertempuran kembali meningkat di tiga negara bagian kawasan Kordofan dalam beberapa hari terakhir, ketika militer Sudan dan pasukan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) berusaha mengukuhkan penguasaan wilayah. Eskalasi ini terjadi seiring upaya militer memperkuat kontrol atas Khartoum dan membuka jalur ke arah barat menuju Darfur.
Konfrontasi antara kedua kubu semakin intens saat masing-masing berupaya merebut titik strategis yang dapat mengamankan jalur logistik ke pusat-pusat perkotaan utama di Kordofan Utara, Selatan, dan Barat.
Kordofan Utara
Mengutip dari Anadolu Agency, Senin, 17 November 20225, pertempuran meningkat di bagian barat Kordofan Utara, di mana militer berupaya memperluas wilayah kendalinya sekaligus membatasi pergerakan RSF. Militer mempertahankan kontrol atas ibu kota negara bagian, El-Obeid, dan kembali memperluas jangkauan setelah jeda singkat, sementara RSF hanya melancarkan serangan melalui drone.
Pasukan pemerintah juga mempertahankan kota-kota penting seperti Um Rawaba dan Al-Rahd, serta memperkuat jalur utama yang menghubungkan El-Obeid dengan Bara guna mencegah infiltrasi RSF. Penguasaan atas wilayah tengah dan timur negara bagian menjadi krusial karena jalur ini menghubungkan Kordofan Utara dengan negara bagian White Nile hingga wilayah tengah dan timur Sudan.
Bara, yang direbut
RSF pada 25 Oktober, memegang posisi strategis berkat kedekatannya dengan El-Obeid dan keterkaitannya dengan jalur menuju Omdurman di sebelah barat Khartoum. Pengendalian atas kota itu juga membuka kemungkinan pergerakan ke arah barat menuju Kordofan Utara hingga Darfur Utara.
Saat ini RSF menguasai sejumlah wilayah di utara dan barat negara bagian, termasuk Jabra Al-Sheikh, Hamrat El Sheikh, Al-Mazroob, Soudari, dan Umm Badr yang menjadi pintu masuk menuju Darfur Utara.
Pada Sabtu, militer Sudan merebut kembali Kazgeil dan Umm Dam Haj Ahmed setelah pertempuran sengit, menurut sumber militer. RSF sebelumnya menguasai Umm Dam Haj Ahmed pada 27 Oktober setelah mengambil alih Kazgeil pada 25 September.
Umm Dam Haj Ahmed, yang berjarak 70 kilometer timur laut El-Obeid, dikenal sebagai kawasan bersejarah dengan pasar besar dan banyak pusat penghafalan Al-Qur’an. Sementara Kazgeil, sekitar 45 kilometer di selatan El-Obeid, penting secara strategis karena menjadi jalur masuk ke Kordofan Selatan, termasuk menuju Dilling dan Al-Khuwei yang dikuasai RSF.
Penguasaan atas kedua wilayah itu membuka jalur kunci menuju An-Nuhud di Kordofan Barat, serta lebih jauh ke Darfur Timur dan ibu kotanya, El-Daein, wilayah yang saat ini berada di bawah kontrol RSF.
Kordofan Selatan
Di Kordofan Selatan, pertempuran berat terus terjadi di Kadugli dan Dilling, keduanya berada di bawah kontrol militer, meskipun Dilling telah dikepung RSF selama lebih dari satu tahun. Negara bagian ini juga menjadi basis pasukan Gerakan Pembebasan Rakyat Sudan–Utara (SPLM-N) yang dipimpin Abdelaziz al-Hilu, yang berperang bersama RSF dalam aliansi bernama “Sudan Founding Alliance.”
Pada 22 Februari, RSF dan kelompok politik serta bersenjata yang bersekutu dengannya menandatangani piagam politik di Nairobi dengan tujuan membentuk pemerintahan paralel. Dilling, kota terbesar kedua di negara bagian tersebut, terus menghadapi gempuran gabungan dari RSF dan SPLM-N, termasuk serangan drone.
Pengepungan atas Dilling bertujuan menghalangi langkah militer menuju Al-Fula, ibu kota Kordofan Barat yang jika berhasil ditembus dapat membuka jalur menuju Darfur Timur.
Pada 6 November, sedikitnya enam warga sipil tewas dan 12 lainnya luka-luka akibat serangan artileri RSF dan SPLM-N di Dilling. Saksi mata yang berbicara kepada Anadolu mengatakan RSF menempatkan pasukan di Taybah, titik pertemuan jalur menuju Dilling, Dibeibat, dan Abu Zabad, dan menggunakan lokasi itu sebagai basis serangan darat sebelum meresmikan aliansinya dengan SPLM.
Kordofan Barat
Kota Babnousa yang dikepung RSF dan SPLM menjadi titik paling bergolak di Kordofan Barat. RSF telah memegang kontrol atas Al-Fula sejak Juni 2024, serta kota Al-Mujlad di barat dan An-Nuhud di utara. Pada Sabtu, RSF merilis video yang menunjukkan pengerahan bala bantuan ke Babnousa sebagai bagian dari upaya untuk merebut kota tersebut.
Menanggapi itu, komandan militer Sudan di Babnousa, Mayor Jenderal Muawiya Hamad Abdullah, menegaskan tekad pasukannya. “Kota ini baik-baik saja. Kami di Divisi Infanteri ke-22 tidak akan bernegosiasi, menyerah, atau mundur. Kami akan bertempur sampai menang,” ujarnya dalam pernyataan pada Jumat.
Bentrok menggunakan senjata berat, ringan, dan drone kembali pecah pada Rabu lalu di Babnousa, yang merupakan pusat ekonomi negara bagian dan lokasi stasiun kereta api utama. Dalam beberapa hari terakhir, militer menangkis sejumlah serangan besar RSF dengan artileri, drone, dan kendaraan lapis baja.
Pada 8 November, RSF menyatakan kesiapan untuk memperebutkan Babnousa dan menghadapi pasukan pemerintah yang menjatuhkan suplai udara kepada tentara yang terkepung di kota tersebut.
Sementara itu, ribuan warga sipil melarikan diri dari tiga negara bagian Kordofan akibat kekerasan dalam beberapa minggu terakhir. Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) melaporkan hampir 40.000 orang telah mengungsi dari Bara, Sheikan, Rahad, Um Rawaba, dan Umm Dam Haj Ahmed di Kordofan Utara sejak 26 Oktober.
Konflik antara militer Sudan dan RSF yang meletus pada April 2023 telah menewaskan sedikitnya 40.000 orang dan memaksa 12 juta lainnya mengungsi, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Baca juga:
Kelompok Medis Sudan Laporkan Dugaan Pemerkosaan Puluhan Perempuan di El-Fasher