Presiden AS Donald Trump. (Anadolu Agency)
Jakarta: Seiring dengan meningkatnya ketegangan perang
tarif dan risiko inflasi yang kembali meningkat, para ekonom dan pelaku pasar semakin khawatir apakah 'jalan sulit' yang dimaksud Trump akan mengantarkan ekonomi Amerika Serikat (AS) ke dalam resesi atau bahkan stagflasi.
Melansir laman
Xinhua, Senin, 17 Maret 2025, sejumlah indikator ekonomi utama AS menunjukkan tren yang mengkhawatirkan. Hal ini telah memicu kekhawatiran akan munculnya
Trumpcession, istilah yang merujuk pada resesi ekonomi yang terjadi di masa pemerintahan Trump.
Trump, yang dalam kampanye pemilihannya dianggap sebagai harapan bagi pengurangan inflasi dan perbaikan ekonomi, kini menghadapi kritik tajam atas kebijakan ekonominya.
Ia berulang kali menyatakan akan menggunakan 'jalan sulit' dalam menjalankan kebijakan ekonominya, seolah-olah meminta publik AS untuk menyesuaikan harapan mereka terhadap ekonomi negara.
Salah satu kebijakan kontroversial Trump adalah penerapan tarif 25 persen terhadap baja dan aluminium dari semua negara mitra dagang, tanpa pengecualian. Kebijakan ini telah memicu reaksi keras dari Kanada dan Uni Eropa (UE), yang kemudian dibalas oleh Trump dengan ancaman tarif 200 persen terhadap produk alkohol dari UE.
Kebijakan tarif yang diterapkan secara '
on-and-off' terhadap Meksiko dan Kanada pun telah menyebabkan penurunan tajam di pasar saham AS dalam beberapa minggu terakhir, menunjukkan penurunan kepercayaan investor yang signifikan.
(Presiden AS Donald Trump. Foto: Xinhua/Hu Yousong)
Perang tarif perburuk kekhawatiran pertumbuhan ekonomi
Kepala strategi teknis di LPL Financial, Adam Turnquist, menyatakan ketidakpastian tarif menjadi kambing hitam atas tekanan jual dan semakin memperburuk kekhawatiran pertumbuhan ekonomi.
Walaupun Trump bersikeras tidak melihat adanya resesi, para ekonom dan investor semakin pesimis. Seorang ekonom senior di Center for Economic and Policy Research, Dean Baker, menyatakan banyak bisnis menunda perekrutan karena kebijakan perdagangan Trump dan pemotongan anggaran pemerintah yang tidak menentu.
Kepala ekonom global JPMorgan, Bruce Kasman, mengungkapkan kekhawatiran yang meningkat terhadap ekonomi AS. Ia memperkirakan ada 40 persen peluang terjadi resesi di AS pada tahun ini.
Di tengah kekacauan perang tarif, aktivitas ekonomi melambat sementara harga mungkin naik. Beberapa ekonom khawatir jika situasi ini berlanjut, hal itu dapat membawa
ekonomi AS ke dalam stagflasi, yaitu peningkatan harga yang berkelanjutan tetapi tidak disertai pertumbuhan ekonomi.
Baker menyatakan berbagai ukuran ekspektasi menunjukkan konsumen dan bisnis mengharapkan inflasi yang lebih tinggi. Gary Clyde Hufbauer, rekan senior non-residen di Peterson Institute for International Economics, memperkirakan inflasi akan bertahan di kisaran 3,0 persen hingga 3,8 persen selama enam bulan ke depan.
Raksasa ritel seperti Walmart dan Target memprediksi pengeluaran konsumen akan menurun karena ketidakpastian ekonomi yang dipicu oleh ancaman tarif Trump. Delta Air Lines baru-baru ini memangkas perkiraan keuntungannya hingga setengah, memperingatkan ketidakpastian ekonomi menyebabkan calon penumpang mempertimbangkan kembali rencana perjalanan mereka.
Indeks Optimisme Bisnis Kecil NFIB yang dirilis pada Selasa menunjukkan penurunan untuk bulan kedua berturut-turut pada Februari menjadi 100,7, sementara indeks ketidakpastian naik menjadi 104 - level tertinggi kedua dalam catatan. (
Laura Oktaviani Sibarani)