Ilustrasi. Foto: Medcom.id
M Ilham Ramadhan Avisena • 13 August 2024 10:52
Jakarta: Indonesia mesti mewaspadai tren Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan peningkatan jumlah pekerja informal. Jika itu dibiarkan dan tumbuh dalam jangka panjang, perekonomian dikhawatirkan bakal melemah.
"Mereka (korban PHK) tentu akan melakukan penyesuaian pola konsumsi, dan jik penyesuaian konsumsi ini tidak sedikit, maka dia tentu akan memengaruhi perkembangan dari konsumsi rumah tangga itu sendiri," kata periset dari Center of Reform on Economic (CoRE) Yusuf Rendy Manilet saat dihubungi, dikutip Selasa, 13 Agustus 2024.
Kondisi itu sedianya telah terkonfirmasi oleh data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan tingkat konsumsi rumah tangga mengalami pertumbuhan terbatas. Hal itu menurutnya merupakan refleksi dari masyarakat yang menahan konsumsi.
Konsumsi yang tertahan itu, kata Yusuf, dapat disebabkan oleh pendapatan yang berkurang, harga kebutuhan pokok tinggi, atau keduanya terjadi bersamaan. Itu menurutnya juga tak terlepas dari kondisi maraknya PHK sejak awal tahun ini.
Selain mengencangkan ikat pinggang, banyak masyarakat yang terkena PHK pada akhirnya mengambil opsi untuk menjalankan usaha. Sehingga, tak heran jika tingkat pekerja informal meningkat secara perlahan.
Sayangnya, pekerja informal memiliki sejumlah lubang seperti jaminan sosial, jaminan kesehatan, dan pendapatan yang tak menentu. "Jadi ini akan berpengaruh terhadap upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang," tutur Yusuf.
Baca juga: Marak PHK Bakal Beri Imbas ke Daya Beli Masyarakat |