Kearifan Lokal dan Kebudayaan Diminta jadi Roh Sinematografi Indonesia

Wakil Ketua Komisi VII DPR Rahayu Saraswati Djojohadikusumo (batik tengah). Foto: Istimewa.

Kearifan Lokal dan Kebudayaan Diminta jadi Roh Sinematografi Indonesia

Anggi Tondi Martaon • 12 November 2024 12:18

Jakarta: Wakil Ketua Komisi VII DPR, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo, menekankan pentingnya menjaga kearifan lokal dan budaya dalam memproduksi karya sinematik di era digital. Sebab, hal itu dinilai jadi pembeda perfilman Indonesia dengan negara lain.

Hal itu disampaikan Rahayu Saraswati dalam Focus Group Discussion (FGD) Penelitian Fundamental Reguler Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) bertajuk ‘Permodelan Proses Produksi, Distribusi, dan Konsumsi Sinema Indonesia Pasca Disrupsi Digitisasi Film dan Layanan VOD’.

"Kearifan lokal adalah roh yang membedakan film Indonesia dari film-film luar negeri. Kita memiliki nilai-nilai budaya yang kaya dan unik di setiap daerah, dan itu harus menjadi elemen utama dalam setiap produksi film yang kita hasilkan,” ujar Rahayu Saraswati melalui keterangan tertulis, Selasa, 12 November 2024.

Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Gerindra itu menyampaikan penelitian itu juga menemukan bahwa film Indonesia berperan besar sebagai produk ekonomi kreatif. Serta mempromosikan budaya lokal.

"Film bukan hanya hiburan, tetapi juga bagian penting dari ekonomi kreatif. Dengan mengangkat nilai budaya kita, film dapat menjadi alat pelestari kebudayaan sekaligus sumber pendapatan negara,” jelas Rahayu.
 

Baca juga: 

Bangga! Ilustrasi Karya Anak Bangsa Diakui Dunia


Selain itu, Rahayu menyoroti perubahan pola konsumsi sinema masyarakat Indonesia yang kini semakin bergantung pada layanan video on demand (VOD). Hal itu memengaruhi strategi distribusi film nasional yang harus menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi digital. 

“Pasca disrupsi digitasi, film tidak hanya diproduksi untuk bioskop tetapi juga untuk platform digital. Ini adalah tantangan sekaligus peluang bagi industri kita untuk menjangkau lebih banyak penonton,” sebut dia.

Rahayu menekankan bahwa VOD membuka peluang bagi sineas muda untuk menampilkan karya mereka kepada publik. Sebab, jaringan bioskop disebut memiliki keterbatasan dalam menampilkan karya sineas. 

“Layanan digital seperti VOD memudahkan sineas lokal, terutama yang masih muda, untuk berkarya dan menunjukkan kreativitas mereka. Ini adalah momentum bagi mereka untuk berinovasi,” ujar dia.

Namun, dia mengingatkan pentingnya kebijakan yang mendukung pengembangan ekosistem perfilman lokal. Menurut Rahayu, pemerintah perlu terlibat lebih aktif dalam memberi fasilitas dan regulasi yang melindungi hak cipta serta mendorong pertumbuhan film lokal. 

“Kita perlu kebijakan yang berpihak pada sineas lokal. Misalnya, perlindungan hak cipta dan insentif untuk produksi film yang mengangkat budaya Indonesia,” kata dia.

Sementara itu, Ketua Penelitian Fundamental Reguler DRTPm Kemdikbudristek, Daniel Susilo,  menjelaskan penelitian ini diharapkan dapat memberikan panduan strategis pengembangan industri film Indonesia di era digital. "Penelitian kami bertujuan untuk menyediakan model yang bisa diadopsi oleh industri perfilman nasional dalam menghadapi tantangan disrupsi digital," terang Daniel. 

Menurut Daniel, adaptasi teknologi dalam setiap aspek produksi dan distribusi film akan menjadi kunci keberhasilan di tengah persaingan global. Ia juga menyoroti peran data dalam memahami preferensi masyarakat terhadap konten lokal. 

"Melalui survei yang kami lakukan, terlihat jelas bahwa masyarakat Indonesia memiliki ketertarikan tinggi terhadap film yang mengusung nilai budaya dan kearifan lokal. Ini adalah peluang yang harus dimanfaatkan oleh para sineas untuk menciptakan karya yang tidak hanya menghibur, tetapi juga mencerminkan jati diri bangsa," ujar Daniel. 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Anggi Tondi)