Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant batal berkunjung ke Pentagon. (EFE/EPA)
Marcheilla Ariesta • 9 October 2024 07:00
Tel Aviv: Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant membatalkan rencana untuk bertemu dengan Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Lloyd Austin. Penyebabnya karena kawasan itu bersiap menghadapi tanggapan yang diharapkan dari Israel terhadap serangan rudal Iran minggu lalu.
Seorang juru bicara Pentagon mengonfirmasi bahwa Gallant telah membatalkan kunjungannya. Pentagon menolak mengomentari laporan bahwa perjalanan itu dibatalkan karena Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak untuk mengizinkannya sampai dia mendapat "panggilan telepon" dari Presiden Joe Biden, dan kabinet Israel menyetujui tanggapan terhadap Iran.
“Saya akan menjauh dari politik Israel,” kata Sabrina Singh, juru bicara Pentagon.
"Saya tidak akan terlalu memikirkannya,” lanjut dia, dikutip dari Al Jazeera, Rabu, 9 Oktober 2024.
Menurut Singh, Austin dan Gallant memiliki ‘hubungan yang hebat’ dan telah berbicara lebih dari 80 kali.
"Anda dapat melakukan percakapan yang jujur ??dan langsung dengan teman-teman Anda. Anda tidak akan selalu setuju pada semua hal, tetapi itu tidak berarti ada ketegangan," jelas Singh.
Austin juga menunda perjalanan yang dijadwalkan ke Israel bulan lalu karena Israel meningkatkan serangannya terhadap Lebanon. Sebelum eskalasi itu, media Israel telah banyak melaporkan bahwa Netanyahu tengah bersiap memecat Gallant, yang telah lama menjalin hubungan tegang dengannya.
Netanyahu telah memecat menteri pertahanan itu pada 2023 sebelum mengubah arahnya menyusul tekanan publik yang kuat. Biden sebelumnya mengatakan bahwa AS tidak akan mendukung serangan Israel terhadap situs nuklir Iran.
“Mereka memiliki hak untuk menanggapi, tetapi mereka harus menanggapi secara proporsional,” lanjut Singh.
Pejabat Israel memberi tahu mitra mereka di AS minggu lalu bahwa mereka masih menyelesaikan target, waktu, dan sarana untuk menanggapi. NBC News melaporkan pada Selasa kemarin bahwa Israel belum memberi pengarahan kepada Washington dengan rincian lebih spesifik tentang rencana tersebut.
AS tidak diberi tahu sebelumnya tentang serangan Israel yang menewaskan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah bulan lalu. Austin baru mengetahui operasi itu melalui panggilan telepon dengan Gallant saat operasi sedang berlangsung.
Hal itu menimbulkan pertanyaan tentang kemampuan atau kemauan AS untuk memengaruhi keputusan sekutu dekatnya, bahkan ketika pejabat AS terus menjanjikan dukungan untuk Israel dan tidak mengesampingkan dukungannya terhadap pembalasan Iran dengan intelijen atau serangan udara mereka sendiri.
Namun Ori Goldberg, analis politik yang berkantor di Israel mengatakan, penundaan di menit-menit terakhir mungkin mengindikasikan bahwa serangan terhadap Iran juga ditunda.
"Tidak mengherankan bahwa ini datang dari Netanyahu: ia mengumumkan, lalu ia menunda," kata Goldberg kepada Al Jazeera.
"Gallant seharusnya pergi ke Amerika Serikat untuk menyelesaikan (serangan terhadap Iran) dengan Menteri Pertahanan Austin. Netanyahu bersikap menentang dan memastikan bahwa Amerika mengerti bahwa ia yang mengambil keputusan, jadi ia mendapat sedikit publisitas dari ini. Tapi pada dasarnya, ia juga menunda serangan,” pungkas Goldberg.
Baca juga: AS Tiidak Secara Aktif Berupaya Capai Gencatan Senjata Hizbullah-Israel