Foto Gedung The Fed. Foto: Unsplash.
New York: Aksi The Fed yang belum memperlonggar kebijakan moneter sebanyak yang diperkirakan investor. Sehingga menempatkan pasar lebih berisiko memasuki wilayah bubble.
Mantan Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Larry Summers menunjukkan kekuatan ekonomi AS, dengan penyerapan tenaga kerja yang masih kuat dan pertumbuhan yang tetap tangguh. Hal ini mengejutkan para raksasa Wall Street seperti Jamie Dimon dan Ray Dalio, yang sebelumnya menyerukan resesi ketika The Fed memulai kampanyenya untuk mengatasi inflasi.
"Namun perekonomian yang kuat sebenarnya bisa menjadi berita buruk bagi saham, karena hal ini menunjukkan bahwa kebijakan moneter The Fed tidak seketat yang diperkirakan pasar," kata Summers, dilansir
Business Insider, Selasa, 12 Maret 2024.
Para gubernur bank sentral telah menaikkan suku bunga sebesar 525 basis poin untuk memerangi inflasi. Namun tingkat suku bunga netral, tingkat suku bunga hipotetis yang tidak merugikan atau menghambat pertumbuhan ekonomi, telah meningkat hampir dua kali lipat dari sekitar 2,5 persen menjadi empat persen.
"Saya pikir hal itu akan terjadi pada kita untuk sementara waktu ke depan. The Fed mungkin pada akhirnya tidak memutuskan untuk memangkas suku bunga sebanyak yang diperkirakan pasar saat ini," kata dia.
Investor nantikan penurunan suku bunga
Pelaku pasar mungkin akan kecewa pada akhir tahun ini, karena para investor sangat menantikan penurunan suku bunga The Fed secara agresif pada 2024. Pasar kini memperkirakan kemungkinan sebesar 57 persen The Fed dapat menurunkan suku bunga sebesar 100 basis poin atau lebih pada akhir tahun ini.
Namun kemungkinan tidak adanya penurunan suku bunga The Fed pada 2024 kemungkinan besar meningkat menjadi sedikit lebih tinggi dari 15 persen, sehingga akan menjadi bearish bagi saham.
Saham-saham juga bisa menunjukkan tanda-tanda awal adanya masalah, mengingat kebijakan moneter tidak seketat yang diperkirakan pasar. Indeks S&P 500 telah mendekati serangkaian rekor tertinggi sepanjang masa pada 2024, sebuah kemenangan beruntun yang diperingatkan oleh para pakar pasar hal ini tidak berkelanjutan.
"Setidaknya kita berada di titik terendah gelembung," kata Summers.