SBY Blak-blakan soal Ancaman Demokrasi Global

Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono. Istimewa

SBY Blak-blakan soal Ancaman Demokrasi Global

Achmad Zulfikar Fazli • 9 March 2025 14:58

Tokyo: Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), menyoroti fenomena kemunduran demokrasi yang terjadi secara global. Namun, dia optimistis Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto mampu menjaga komitmen terhadap nilai-nilai demokrasi di tengah fenomena kemunduran tersebut.

"Banyak pertanyaan, saat ini di seluruh dunia ada kemunduran demokrasi. Set back, regression of democracy around the globe," ungkap SBY di hadapan para mahasiswa Indonesia dan civitas akademika Jepang dalam acara bedah buku "Standing Firm for Indonesia's Democracy" di KBRI Tokyo, Jepang, dilansir pada Minggu, 9 Maret 2025.

SBY yang menjabat Presiden selama dua periode (2004-2014) ini menyoroti negara-negara besar sering mengeklaim diri sebagai champions of democracy pun tidak kebal dari fenomena ini.

"Negara-negara besar yang konon dianggap sebagai champions of democracy, negara-negara yang lecturing us, menguliahi kita, dalam kenyataannya, negara-negara itu tidak imun dari kemunduran-kemunduran dalam demokrasi mereka," jelas dia.

SBY menekankan pentingnya semua pihak turut menjaga nilai-nilai demokrasi. "Kalau kita bicara demokrasi, mari kita jaga, fight for democracy, fight against segala sesuatu yang merusak demokrasi, yang merusak konstitusi, yang merusak kerangka bernegara, yang merusak adanya checks and balances," tegas dia.

Dalam diskusi tersebut, SBY menekankan perannya sebagai mantan presiden dalam mendukung pemerintahan saat ini. "Sebagai orang tua, sebagai former leader, tentu saya wajib mendukung pemimpin-pemimpin setelah saya, termasuk sekarang Presiden Prabowo. I should be part of the solution, I should be part of progress," tegas pendiri Partai Demokrat ini.

SBY selalu berkomunikasi dengan Presiden Prabowo terkait tantangan-tantangan saat ini. "Saya sudah sampaikan kepada Presiden Prabowo beberapa saat yang lalu pentingnya meningkatkan komunikasi yang genuine antara istana dengan mereka yang menyampaikan kritiknya, dan Pak Prabowo mengatakan, 'Kami terus meningkatkan kualitas komunikasi'," jelas dia.

Dia optimistis masa depan Indonesia di bawah kepemimpinan Prabowo. "Saya yakin pemerintah ini bisa, Presiden Prabowo bisa. Masih ada resources yang dimiliki, political resources and economic resources, to overcome the situation," ujar dia.
 

Baca Juga: 

Editorial MI: Menghadang Senjakala Demokrasi


Salah satu editor buku tersebut, Wahyu Prasetiawan, menjelaskan mengapa judul Standing Firm for Indonesia's Democracy dipilih. "Yang paling menonjol adalah bagaimana SBY menjaga demokrasi di Indonesia. Sebagai presiden dengan kekuasaan yang begitu tinggi, sebetulnya Pak SBY bisa melakukan hal sebaliknya, tapi itu tidak dilakukan," ungkap Wahyu.

Dalam acara tersebut, SBY juga berbagi pengalaman pribadinya sejak masa muda sebagai prajurit TNI yang telah menghargai kebebasan berekspresi. "Waktu saya masih sangat muda, we love democracy. Kalau yang disampaikan mahasiswa itu ekspresi dari freedom of speech, mengapa kita menjadi gusar? My thesis sejak itu: freedom of speech apabila digunakan secara tepat, itu hak, we have to respect it," ujar dia.

Sementara itu, Duta Besar RI untuk Jepang, Heri Ahmadi, menyoroti tema buku yang sangat relevan. Dia mengatakan SBY adalah presiden pertama yang dipilih langsung oleh rakyat Indonesia dan setelah memasuki program reformasi, sehingga konsolidasi demokrasi pada waktu itu sangat penting

"Timely pada saat sekarang ini," ujar dia.

Buku Standing Firm for Indonesia's Democracy merupakan oral history, yaitu hasil wawancara mendalam Presiden ke-6 RI SBY dengan para akademisi Jepang, yang menggali pengalaman dan pemikirannya selama memimpin Indonesia di masa transisi demokrasi.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Achmad Zulfikar Fazli)