Tekan Hamas, Israel Putus Pasokan Listrik ke Jalur Gaza

Selama ini, warga Gaza mengandalkan panel surya dan generator untuk kebutuhan listrik mereka. (Anadolu Agency)

Tekan Hamas, Israel Putus Pasokan Listrik ke Jalur Gaza

Willy Haryono • 10 March 2025 06:39

Tel Aviv: Menteri Energi Israel Eli Cohen mengatakan pada hari Minggu kemarin bahwa ia telah memberikan instruksi untuk menghentikan pasokan listrik ke Gaza, seminggu setelah Israel memblokir semua bantuan ke wilayah Palestina tersebut.

Langkah tersebut mirip dengan situasi di fase awal perang di Gaza, ketika Israel mengumumkan "pengepungan" yang mencakup pemutusan aliran listrik.

"Saya baru saja menandatangani perintah untuk segera menghentikan pasokan listrik ke Jalur Gaza," kata Cohen, seperti dikutip dari AFP, Senin, 10 Maret 2025.

"Kami akan menggunakan semua alat yang kami miliki untuk membawa kembali para sandera dan memastikan bahwa Hamas tidak lagi berada di Gaza sehari setelah perang,” sambungnya.

Satu-satunya saluran listrik antara Israel dan Gaza telah memberikan pasokan ke pabrik desalinasi air utama di wilayah tersebut, yang melayani lebih dari 600.000 orang.

Selama ini, terutama di saat perang, warga Gaza sangat bergantung pada panel surya dan generator bahan bakar untuk listrik mereka.

Sambungan ke pabrik desalinasi terputus setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, sebelum disambungkan kembali pada Juli tahun lalu. Namun, pabrik tersebut tidak dapat melanjutkan operasi hingga Desember karena kabel listrik rusak parah akibat perang.

Akhir pekan lalu, Israel mengumumkan akan memblokir pengiriman bantuan ke Gaza hingga Hamas menerima persyaratannya untuk perpanjangan gencatan senjata, yang sebagian besar telah menghentikan pertempuran selama lebih dari 15 bulan.

Fase pertama gencatan senjata, yang berakhir pada 1 Maret, telah memungkinkan masuknya makanan penting, tempat tinggal, dan bantuan medis.

Sementara Israel mengatakan ingin memperpanjang fase pertama hingga pertengahan April, Hamas bersikeras pada transisi ke fase kedua yang dimaksudkan untuk mengakhiri perang secara permanen.

Hamas pada hari Sabtu lalu menuduh Israel "melakukan kejahatan perang berupa hukuman kolektif" dengan menghentikan bantuan, dan mengatakan bahwa tindakan tersebut juga berdampak pada sandera Israel yang masih ditahan di sana.

Dari 251 sandera yang dibawa Hamas dari Israel pada 7 Oktober 2023, sebanyak 58nya masih berada di wilayah Palestina, termasuk 34 orang yang dikonfirmasi oleh militer Israel telah tewas.

Baca juga:  Pendidikan Anak-Anak Gaza Terhambat di Tengah Upaya Memulai Tahun Ajaran Baru

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Willy Haryono)