Ratusan warga Tel Aviv berunjuk rasa menentang rencana perluasan operasi militer Israel di Gaza. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 10 August 2025 11:55
Tel Aviv: Ribuan pengunjuk rasa memenuhi sejumlah ruas jalan di Tel Aviv, Israel pada Sabtu malam dalam menolak rencana Perdana Menteri Benjamin Netanyahu meningkatkan intensitas operasi militer dalam perang Gaza yang telah berlangsung hampir dua tahun. Mereka menuntut perang segera diakhiri dan para sandera dibebaskan.
Sehari sebelumnya, kantor Netanyahu mengumumkan bahwa kabinet keamanan, yakni sekelompok kecil menteri senior, memutuskan untuk merebut Kota Gaza, memperluas operasi militer di wilayah Palestina yang hancur tersebut, meski ada penolakan luas dari publik dan peringatan militer bahwa langkah ini dapat membahayakan para sandera.
"Ini bukan sekadar keputusan militer. Ini bisa menjadi vonis mati bagi orang-orang yang paling kami cintai," kata Lishay Miran Lavi, istri sandera Omri Miran, dalam aksi tersebut. Ia mendesak Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk turun tangan mengakhiri perang.
Mengutip dari AsiaOne, Minggu, 10 Agustus 2025, jajak pendapat menunjukkan mayoritas warga Israel menginginkan perang segera diakhiri demi membebaskan sekitar 50 sandera yang masih ditahan kelompok Hamas di Gaza. Sejumlah pejabat Israel memperkirakan hanya sekitar 20 sandera yang masih hidup.
Pemerintah Israel menuai kritik tajam di dalam negeri maupun dari sekutu Eropa atas pengumuman perluasan perang tersebut. Kabinet Israel diperkirakan akan memberikan persetujuan paling cepat pada Minggu ini.
Sebagian besar sandera yang telah dibebaskan selama ini berhasil keluar berkat negosiasi diplomatik. Upaya perundingan gencatan senjata yang dapat membuka jalan bagi pembebasan lebih banyak sandera gagal pada Juli lalu.
"Mereka (pemerintah) fanatik. Mereka melakukan hal-hal yang bertentangan dengan kepentingan negara," ujar Rami Dar, pensiunan 69 tahun yang datang dari pinggiran Tel Aviv, sambil menggemakan seruan agar Trump memaksa tercapainya kesepakatan pembebasan sandera.
Tel Aviv kerap menjadi lokasi unjuk rasa yang mendesak pemerintah mencapai gencatan senjata dan kesepakatan dengan Hamas, yang memicu perang lewat serangan pada Oktober 2023. Aksi Sabtu malam ini dihadiri lebih dari 100.000 orang, menurut panitia.
"Sejujurnya, saya bukan ahli, tapi setelah dua tahun berperang, saya merasa tidak ada keberhasilan," kata Yana, 45, yang datang bersama suami dan dua anaknya.
"Saya bertanya-tanya apakah nyawa tambahan di kedua pihak, baik Israel maupun Gaza, akan membuat perbedaan,” sambung dia.
Sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga Israel, tewas dan 251 disandera di Gaza dalam serangan Hamas pada 7 Oktober 2023. Lebih dari 400 tentara Israel telah tewas di Gaza sejak saat itu.
Sementara militer Israel telah menewaskan lebih dari 61.000 warga Palestina dalam perang tersebut, menurut kementerian kesehatan Gaza per hari Sabtu lalu, yang juga melaporkan bahwa sedikitnya 39 orang telah tewas dalam satu hari terakhir.
Baca juga: Komite Menteri Negara Arab–Islam Kecam Rencana Israel Kuasai Jalur Gaza