Asap hitam dari serangan udara Israel di Jalur Gaza. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 3 November 2025 07:09
Gaza: Militer Israel telah melakukan 194 pelanggaran terhadap perjanjian gencatan senjata Gaza yang mulai berlaku pada 10 Oktober, menurut laporan Kantor Media Pemerintah Palestina pada Minggu, 2 November.
Direktur kantor tersebut, Ismail al-Thawabteh, menyebut pelanggaran itu meliputi serangkaian serangan militer melewati garis penarikan, penghalangan distribusi bantuan kemanusiaan, serta insiden penembakan dan pengeboman yang terjadi selama periode gencatan senjata.
Melansir dari Yeni Safak, Senin, 3 November 2025, Thawabteh menjelaskan bahwa kendaraan militer Israel berulang kali melintasi “garis kuning”, yaitu batas penarikan pasukan yang telah disepakati dalam perjanjian gencatan senjata, dan melakukan serangan udara, pembongkaran bangunan, serta operasi di kawasan permukiman yang menimbulkan korban di pihak warga Palestina.
Ia memperingatkan warga sipil agar tidak mendekati garis demarkasi tersebut karena pasukan Israel disebut pernah menembaki warga yang mencoba memeriksa rumah mereka yang hancur di wilayah perbatasan antara Gaza City bagian selatan dan Khan Younis bagian utara.
Menurut Kantor Media Pemerintah Palestina, militer Israel juga membatasi akses kemanusiaan secara sistematis dengan menahan sebagian besar konvoi bantuan dan tetap menutup perbatasan Rafah yang menghubungkan Gaza dengan Mesir. Thawabteh menuturkan bahwa hanya 3.203 truk bantuan yang berhasil masuk selama Oktober dari 13.200 truk yang dijanjikan dalam perjanjian gencatan senjata, atau hanya sekitar 24% dari total komitmen.
Selain itu, Israel juga disebut melarang masuknya obat-obatan, peralatan medis, serta lebih dari 300.000 tenda dan rumah portabel yang dibutuhkan untuk menampung keluarga pengungsi.
Dalam kesepakatan gencatan senjata disebutkan bahwa alat berat akan diizinkan untuk mengevakuasi jenazah dari reruntuhan. Namun, Thawabteh menyebut Israel hanya mengizinkan penggunaan alat untuk mencari jenazah sandera Israel, sementara melarang penggunaan alat serupa untuk mencari sekitar 9.500 warga Palestina yang masih hilang.
Kantor media itu memperkirakan bahwa sekitar 90% infrastruktur sipil Gaza telah hancur, menimbulkan kerugian awal sebesar 70 miliar dolar AS. Saat ini, sekitar 288.000 keluarga Palestina disebut hidup di jalanan dan area publik tanpa tempat tinggal layak akibat kehancuran besar yang terjadi.
Baca juga: Hamas Serahkan Jenazah Tiga Sandera Israel di Bawah Gencatan Senjata Gaza