Benjamin Netanyahu dan Donald Trump kembali melakukan pertemuan. Foto: The White House
Washington: Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengutarakan kembali normalisasi dengan Arab Saudi. Dia bahkan menyarankan agar Palestina mendirikan negara mereka di Arab Saudi, alih-alih di tanah air mereka sendiri, sekaligus menepis anggapan kedaulatan Palestina.
"Saudi dapat mendirikan negara Palestina di Arab Saudi, mereka memiliki banyak tanah di sana," kata Netanyahu pada Kamis dalam sebuah wawancara dengan Channel 14 Israel, seperti dikutip dari Anadolu, Rabu 9 Juli 2025.
Hal itu diulang kembali oleh Netanyahu ketika bertemu Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di Washington pada 8 Juli 2025. Trump mengalihkan pertanyaan kepada Netanyahu mengenai potensi solusi dua negara—prasyarat bagi para pemain kunci di Timur Tengah, seperti Arab Saudi, untuk menyetujui normalisasi hubungan dengan Israel.
"Saya pikir perdamaian antara Israel dan Arab Saudi tidak hanya memungkinkan, saya pikir itu akan terjadi," tegas Netanyahu dalam pertemuan dengan Trump.
Trump telah menjadikan hubungan Israel-Saudi sebagai tujuan inti kebijakan luar negerinya di kawasan tersebut. Namun, Netanyahu memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menyatakan penolakannya terhadap negara Palestina.
"Saya pikir Palestina seharusnya memiliki semua kekuasaan untuk memerintah diri mereka sendiri, tetapi tidak boleh ada kekuasaan untuk mengancam kami. Itu berarti kedaulatan, seperti halnya keamanan secara keseluruhan, akan selalu berada di tangan kami," kata Netanyahu.
Ketika ditanya tentang normalisasi dengan Israel, Menteri Luar Negeri Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan Al-Saud, mengatakan pada Jumat bahwa prioritas kerajaan adalah mengakhiri perang di
Gaza "sebagai langkah awal menuju pembentukan negara Palestina."
Netanyahu selama ini tetap membantah kehadiran Palestina sebagai negara. Menurutnya Palestina adalah ancaman keamanan bagi Israel.
"Terutama bukan negara Palestina. Setelah 7 Oktober? Tahukah Anda apa itu? Ada negara Palestina, yang disebut Gaza. Gaza, yang dipimpin oleh Hamas, adalah negara Palestina dan lihat apa yang kita dapatkan," klaimnya, sekali lagi menolak pembentukan negara Palestina.
Trump mengatakan AS akan "mengambil alih" Gaza dan memukimkan kembali warga Palestina di tempat lain di bawah rencana pembangunan kembali yang luar biasa yang ia klaim dapat mengubah daerah kantong itu menjadi "Riviera Timur Tengah."
Ia menegaskan kembali proposalnya pada hari Kamis dan mengatakan tidak akan ada tentara AS yang dibutuhkan. Proposal tersebut telah dikecam secara luas oleh para pemimpin dunia.