Diancam Israel, Hizbullah Tolak Lakukan Pelucutan Senjata

Pemimpin Hizbullah, Naim Qassem. (Press TV)

Diancam Israel, Hizbullah Tolak Lakukan Pelucutan Senjata

Riza Aslam Khaeron • 7 July 2025 10:34

Beirut: Pemimpin Hizbullah, Naim Qassem, menegaskan pada Minggu, 6 Juli 2025, bahwa kelompoknya menolak tegas tuntutan pelucutan senjata yang disampaikan Israel maupun Amerika Serikat. Dikutip Media Israel, Qassem menyampaikan penolakan itu dalam pidato televisi di hadapan ribuan pendukungnya di Beirut, bertepatan dengan peringatan Asyura.

"Ancaman ini tidak akan membuat kami menyerah," tegas Qassem. Ia menambahkan, Hizbullah tidak akan meletakkan senjata selama agresi Israel masih terus berlangsung.

"Bagaimana mungkin kami diminta untuk tidak melawan, sementara musuh Israel terus melakukan agresi, menduduki lima titik perbatasan, masuk ke wilayah kami, dan membunuh warga kami? Kami tidak akan menjadi bagian dari upaya melegitimasi pendudukan di Lebanon dan kawasan. Kami juga menolak normalisasi [dengan Israel]," ujar Qassem.

Penolakan Hizbullah muncul setelah pemerintah Lebanon meminta respons atas proposal AS yang menawarkan penghentian serangan Israel di Lebanon, dengan syarat Hizbullah melucuti senjata. Proposal itu, menurut sumber, juga mencakup janji Israel untuk menarik pasukan dari Lebanon. Barrack, utusan Amerika Serikat, dijadwalkan tiba di Beirut pada Senin untuk mendengarkan jawaban resmi Lebanon atas usulan pelucutan senjata Hizbullah akhir tahun ini.

Pelucutan senjata diklaim akan mengakhiri serangan Israel terhadap anggota Hizbullah serta membuka akses dana rekonstruksi bagi Lebanon yang hancur akibat serangan tahun lalu. Namun, Qassem menolak keras formula itu.

"Persamaan Amerika yang meminta kami memilih antara dibunuh atau menyerah tidak berlaku bagi kami dan kami akan mempertahankan hak kami," kata Qassem.

Qassem juga menegaskan alasan Hizbullah mempertahankan arsenal misil adalah untuk terus menghadapi Israel.

"Bagaimana kami bisa menghadapi Israel jika tidak memilikinya? Siapa yang akan mencegah Israel masuk ke desa-desa dan membunuh warga sipil jika tidak ada perlawanan yang memiliki kemampuan pertahanan minimal?" tegas Qassem.

Israel sendiri tetap melakukan serangan udara dan drone ke wilayah Lebanon dengan alasan menanggapi ancaman Hizbullah, walaupun sudah ada gencatan senjata sejak November. Israel juga masih menempatkan pasukan di lima titik strategis di perbatasan Lebanon.
 
Baca Juga:
Hizbullah: Kami Akan Tetap Angkat Senjata Selama Israel Masih Menyerang

Pemerintah Lebanon mengklaim telah membongkar infrastruktur militer Hizbullah di selatan. Namun, Israel menilai Beirut belum cukup tegas menegakkan pelucutan senjata, dan menyatakan tetap berhak melakukan aksi militer jika ada ancaman langsung dari Hizbullah.

Di tengah tarik-ulur ini, situasi keamanan tetap genting. Sabtu lalu, serangan yang diduga dilakukan Israel menewaskan satu orang dan melukai satu lainnya di Lebanon selatan.

Menurut perjanjian gencatan senjata tahun 2024, Hizbullah diwajibkan menarik pasukannya ke utara Sungai Litani, sekitar 30 km dari perbatasan Israel. Namun, implementasi di lapangan dinilai sulit karena militer Lebanon dianggap tidak punya kekuatan memaksa untuk benar-benar melucuti Hizbullah.

Selain Hizbullah, kelompok Houthi dari Yaman juga berjanji akan terus menyerang Israel.

Minggu dini hari, militer Israel mengumumkan berhasil mencegat rudal balistik yang ditembakkan dari Yaman menuju wilayah Israel. Juru bicara Houthi menegaskan serangan akan berlanjut sampai perang di Gaza berakhir. Sejak Maret, Houthi telah menembakkan lebih dari 50 rudal balistik dan 13 drone ke Israel, meski sebagian besar berhasil digagalkan.

"Kami tidak akan menerima normalisasi, kami tidak akan menyerah, dan akan terus berjuang selama pendudukan Israel tetap berlangsung," tandas Qassem dalam pidatonya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Surya Perkasa)