Indonesia dan Inggris menandatangani kerja sama perubahan iklim di COP30 Brasil untuk mempercepat transisi menuju ekonomi rendah emisi. (KLH-BPLH)
Willy Haryono • 9 November 2025 15:43
Belem: Indonesia dan Inggris menandatangani nota kesepahaman (MoU) kerja sama perubahan iklim di sela-sela Konferensi Iklim PBB (COP30) di Belem, Brasil, Jumat, 7 November 2025.
Penandatanganan dilakukan oleh Menteri/Kepala Kementerian Lingkungan Hidup/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (KLH/BPLH) Hanif Faisol Nurofiq dan Ed Miliband, Menteri Keamanan Energi dan Net Zero Inggris.
“Kerja sama ini bukan hanya antarnegara, tetapi pernyataan bersama untuk masa depan bumi. Indonesia siap menjadi mitra strategis dunia dalam mendorong solusi nyata terhadap krisis iklim,” ujar Hanif, dalam siaran pers yang diterima Metrotvnews.com, Minggu, 9 November 2025.
Kesepakatan ini memperkuat diplomasi hijau Indonesia dan menegaskan komitmen kedua negara mempercepat transisi menuju ekonomi rendah karbon yang adil dan berketahanan iklim.
Menurut Hanif, kemitraan ini akan segera diimplementasikan melalui pertukaran pengetahuan, proyek bersama, dan pelatihan teknis lintas lembaga dan daerah.
Sementara itu, Ed Miliband menegaskan bahwa kolaborasi dengan Indonesia akan membantu mencapai tujuan iklim bersama sekaligus membuka peluang kerja dan pertumbuhan ekonomi. “Aksi iklim yang tegas bisa berjalan seiring dengan kemakmuran,” katanya.
Kerja sama mencakup mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, tata kelola karbon yang transparan, serta integrasi pembangunan rendah emisi di berbagai tingkat pemerintahan. Kedua negara juga akan membentuk Joint Steering Committee (JSC) untuk memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program.
Inggris menunjukkan minat terhadap kerja sama mitigasi di sektor energi, kehutanan, dan tata kelola karbon. Sementara Indonesia menegaskan fokus pada pembentukan RUU Perubahan Iklim, penguatan pasar karbon, dan pengembangan biodiversity credits.
Hanif menyebut kerja sama ini sejalan dengan Peraturan Presiden No. 110 Tahun 2025 tentang Nilai Ekonomi Karbon, dan akan mempercepat target Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia.
“Ini bukan hanya diplomasi, tetapi langkah konkret menuju masa depan yang rendah emisi dan berkeadilan,” ujarnya.
Dalam forum COP30, Indonesia juga menargetkan transaksi karbon hingga 90 juta ton CO? ekuivalen dari sektor kehutanan, kelautan, energi, dan industri, dengan potensi nilai ekonomi mencapai Rp15 triliun.
Duta Besar Inggris untuk Indonesia Dominic Jermey mengatakan, “Perjanjian ini mencerminkan komitmen bersama untuk mempercepat aksi iklim, mengembangkan pasar karbon berintegritas tinggi, serta memperluas investasi hijau.”
Menutup acara, Hanif menegaskan, “Kita tidak bisa menunda masa depan. Dunia membutuhkan langkah konkret, dan Indonesia siap berjalan di garis depan bersama mitra yang memiliki semangat yang sama untuk bumi yang lebih baik.”
Baca juga: Di COP30 Brasil, Indonesia Tegaskan Komitmen Aksi Iklim Inklusif dan Berkeadilan