Warga melintasi banjir yang merendam kawasan Kekalik Jaya, Mataram, NTB, Minggu, 6 Juli 2025. ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi/agr/pri
Silvana Febiari • 12 December 2025 08:19
Mataram: Bibit siklon tropis 93S muncul di perairan Nusa Tenggara Barat (NTB) bagian selatan yang berpotensi cuaca buruk di Jawa Timur dan kawasan Kepulauan Sunda Kecil. Bibit siklon ini terbentuk pada pukul 07.00 WIB atau 08.00 WITA, Kamis, 11 Desember 2025.
"Potensi bibit siklon tropis 93S berkembang menjadi siklon tropis dalam kategori peluang rendah," ujar Ketua Tim Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca Khusus Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Miming Saepudin, dikutip dari Antara, Jumat, 12 Desember 2025.
Bibit siklon tropis 93S didukung oleh aktifnya gelombang Equatorial Rossby dan gelombang frekuensi rendah di sekitarnya. Faktor lain yang memperkuat sistem ini meliputi suhu permukaan laut yang hangat antara 28–29°C, wind shear yang lemah, dan vortisitas sedang dari lapisan bawah hingga menengah.
Kondisi yang kurang mendukung pertumbuhan sistem antara lain kelembaban udara yang relatif rendah di lapisan 500–200 hPa, konvergensi dan divergensi yang masih lemah, serta belum terbentuknya inflow angin yang kuat menuju sistem.
BMKG memprakirakan bibit siklon tropis ini masih persisten, ditandai dengan belum adanya peningkatan angin maksimum di sekitar sistem. Sirkulasi masih melebar dan pergerakannya berlangsung secara perlahan ke arah barat hingga barat daya.
Ilustrasi awan hujan. (Metrotvnews.com)
Miming mengatakan intensitas sistem diprakirakan meningkat secara perlahan yang ditandai dengan pola sirkulasi yang menjadi lebih baik di lapisan bawah hingga menengah. Pergerakannya cenderung stasioner.
Bibit siklon tropis 93S memberikan dampak tidak langsung terhadap kondisi
cuaca ekstrem hingga 12 Desember 2025, pukul 13.00 WIB atau 14.00 WITA. Dampak tersebut meliputi hujan sedang hingga lebat di wilayah Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur bagian barat.
Potensi gelombang tinggi kategori sedang antara 1,25-2,5 meter di wilayah Samudra Hindia selatan Jawa Timur hingga Nusa Tenggara Timur, perairan selatan Jawa Timur, Selat Bali, Selat Lombok, dan Selat Alas bagian selatan.