Mentan: Program Mitigasi Risiko El Nino Membuahkan Hasil

Menteri Pertanian Amran Sulaiman. Foto: Medcom.id/Kautsar.

Mentan: Program Mitigasi Risiko El Nino Membuahkan Hasil

Naufal Zuhdi • 22 October 2024 11:10

Jakarta: Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyebut program untuk memitigasi fenomena El Nino yang terjadi di awal tahun ternyata membuahkan hasil yang baik.

Diketahui, Kementerian Pertanian (Kementan) memiliki beberapa program dalam memitigasi fenomena El Nino seperti program perluasan areal tanam (PAT), program pompanisasi, serta program optimasi lahan rawa.

"Sekarang sudah terasa, ada penambahan anomali. Kita bicara fakta saja di bulan kemarau terjadi deflasi karena faktor beras, artinya itu produksi meningkat yang biasanya itu terjadi inflasi," ucap Amran saat ditemui di Kantor Kementan, dikutip Selasa, 22 Oktober 2024.

Berdasarkan data Kerangka Sampel Area (KSA) Badan Pusat Statistik (BPS), produksi padi pada periode Agustus-Oktober 2022 mencapai 12,55 juta ton, begitupun pada 2023 sebesar 12,55 juta ton. Sementara itu, di 2024, produksi padi meningkat menjadi 14,73 juta ton.


(Ilustrasi panen raya padi. Foto: Medcom.id/Alex Rajes)

Bila diakumulasikan, produksi padi semester II-2024 mampu menghasilkan 23,36 juta ton, meningkat bila dibandingkan 2022 sebesar 22,44 juta ton dan 2023 sebesar 21,63 juta ton.

"Ada peningkatan produksi satu juta ton dibandingkan 2023 di bulan kemarau (Agustus, September, Oktober, November). satu juta ton artinya ada peningkatan nilainya Rp13 triliun, hanya kita refocusing anggaran Rp1,7 triliun," jelas Amran.

"Refocusing anggaran Rp1,7 triliun menghasilkan Rp13 triliun, itu baru padi, belum jagung, dan lainnya. Artinya strategi pompanisasi dan oplah berhasil," beber dia menambahkan.
 

Baca juga: Produksi Beras Nasional Turun di 2024
 

Penyebab produksi beras turun


Merespon data BPS yang memperkirakan produksi beras nasional pada 2024 turun 760 ribu ton atau 2,43 persen dibandingkan 2023, Amran pun membenarkan hal tersebut.

Ia mengungkapkan, hal itu karena sektor pertanian harus menghadapi fenomena El Nino. Ditambah dengan belum adanya tambahan alokasi pupuk subsidi serta pompa dari program pompanisasi Kementan yang belum tersebar.

"Ada pengamat mengatakan itu minus, iya, tapi kalau kita tidak melakukan akselerasi minusnya lebih tajam. Kalau mau bedah, bedah per bulan," ucap Amran.

"Bulan yang Agustus, September, Oktober, November jauh lebih tinggi, bahkan ada satu bulan lebih tinggi daripada 10 tahun. Artinya apa? Strategi penanganan memitigasi risiko El Nino berhasil," jelas Amran menambahkan.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)