Diskusi seputar hubungan Indonesia-Korea yang digelar Korea Foundation dan FPCI berlangsung di Jakarta, 9 Desember 2024. (Akhmad Fauzy / Metro TV)
Akhmad Fauzy • 23 December 2024 17:49
Jakarta: Lebih dari satu dekade Hallyu mewarnai budaya pop dunia, tak terkecuali di Indonesia. Gelombang budaya Korea Selatan ini pun makin populer sejak era media sosial. Di bulan November 2024, video yang merekam momen Lisa BLACKPINK menerima light stick buatan pemengaruh (influencer) @ireneswnd saat berkunjung ke Jakarta “meledak” di TikTok.
Disebut meledak lantaran ada lebih dari 72 juta orang yang menonton unggahan berdurasi 1 menit 7 detik itu dalam semalam. Jumlah yang disebut Gangsim Eom - kandidat doktor antropologi Universitas Harvard sebagai bukti dahsyatnya daya jangkau media sosial.
“Hanya dari satu video viral dengan lebih dari 7 juta penonton di TikTok - dapatkah terbayang potensi ekonomi di balik (angka) itu?” ungkap Eom.
Korea Selatan memang tak main-main dalam memaksimalkan dampak Hallyu dan media sosial. Di tahun 2022 sektor ekonomi kreatif negeri ginseng itu menyumbang 7,5 persen dari total PDB. Indonesia pun disebut memiliki peluang besar untuk memanfaatkan media sosial sebagai penggerak ekonomi kreatif.
Sebagai negara dengan budaya dan kuliner yang beragam, Gangsim Eom menyebut Indonesia memiliki modal besar untuk bisa menjangkau pasar yang lebih luas. Terlebih kreator konten Indonesia dinilainya lebih relevan dengan tren global.
“Saya terkesan dengan Komnas HAM yang berhasil mengemas pesan kompleks tentang isu hak asasi dalam video bertemakan Drakor. Ini adalah pendekatan yang inovatif, mereka tahu disini fan drakor sangat besar” jelas Eom. Untuk itu Kementerian Ekonomi Kreatif tengah serius membidik media sosial sebagai ladang cuan dan menargetkan 8,08% pertumbuhan investasi dari industri kreatif di tahun 2029.
Deputi Ekonomi Digital dan Produk Kreatif Kementerian Ekonomi Kreatif, Muhammad Neil Himam mengungkap salah satu langkahnya yakni pembentukan blockchain berisikan aset dan karya digital para kreator konten.
“Indonesia memiliki potensi ekonomi yang besar dari konten digital. Kami mendorong dibentuknya blockchain berisi aset para kreator konten yang sudah memiliki hak paten - agar mereka bisa mendapatkan royalti dari karyanya,” papar Neil dalam diskusi Building Stronger Ties: Indonesia-Korea Collaboration through People-to-People Connections yang digelar Korea Foundation dan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) di Jakarta, 9 Desember 2024.
Maka tak heran kehadiran kreator konten hingga influencer atau pemengaruh di media sosial punya peran sentral dalam mendorong daya beli. Survei yang dipublikasikan Vero dan YouGov tahun ini mengungkap, konten buatan pemengaruh mendorong 94% transaksi di Indonesia sehingga membuat banyak perusahaan mengalokasikan 29-30?na promosinya ke media sosial.