Ekonomi Jepang. Foto: Freepik.
Arif Wicaksono • 12 September 2024 12:33
Tokyo: Bank Sentral Jepang (BOJ) harus menaikkan suku bunga hingga paling sedikit satu persen paling lambat akhir tahun depan.
Anggota pembuat kebijakan BOJ beraliran agresif Naoki Tamura menuturkan hal ini sekaligus memperkuat tekad bank untuk terus melakukan pengetatan moneter secara bertahap.
Ini adalah pertama kalinya pembuat kebijakan BOJ secara terbuka menetapkan tingkat yang harus ditargetkan bank sentral dalam menaikkan biaya pinjaman jangka pendek.
Tamura mengatakan kemungkinan ekonomi Jepang untuk secara berkelanjutan mencapai inflasi dua persen BOJ membaik, yang berarti bank sentral harus menaikkan suku bunga ke tingkat yang dianggap netral bagi perekonomian sekitar akhir 2025.
Ia mengatakan tingkat suku bunga netral Jepang, atau tingkat yang tidak menstimulasi perekonomian, diperkirakan setidaknya sekitar satu persen.
"Oleh karena itu, perlu untuk menaikkan suku bunga kebijakan jangka pendek kita setidaknya hingga sekitar satu persen sekitar paruh kedua tahun fiskal yang berakhir Maret 2026 untuk mencapai target harga BOJ secara berkelanjutan," kata Tamura dilansir Channel News Asia, Kamis, 12 September 2024.
Pernyataan Tamura mengikuti serangkaian komentar dari anggota dewan BOJ yang meminta bank untuk terus menaikkan biaya pinjaman meskipun ada volatilitas baru-baru ini di pasar keuangan.
BOJ berencana untuk tidak mengubah suku bunga pada pertemuan berikutnya 20 September, tetapi lebih dari separuh ekonom yang disurvei oleh Reuters bulan lalu memprediksi pengetatan lebih lanjut menjelang akhir tahun.
Dalam langkah bersejarah, BOJ membuang suku bunga negatif pada Maret dan menaikkan suku bunga jangka pendek menjadi 0,25 persen pada bulan Juli dengan pandangan ekonomi sedang membuat kemajuan dalam mencapai target inflasi dua persen secara berkelanjutan.
Kesiapan menaikkan suku bunga
Gubernur Bank Sentral Jepang Kazuo Ueda telah mengisyaratkan kesiapan bank untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut jika inflasi tetap sekitar dua persen dalam beberapa tahun mendatang disertai dengan kenaikan upah yang solid, seperti yang diproyeksikan saat ini.
Sambil menekankan perlunya menaikkan suku bunga lebih lanjut, Tamura mengatakan BOJ harus menilai dengan hati-hati bagaimana kenaikan biaya pinjaman mempengaruhi perekonomian, mengingat pengalaman Jepang yang berkepanjangan dengan suku bunga mendekati nol.
Namun, ia mengatakan taruhan pasar terhadap laju kenaikan suku bunga BOJ mungkin terlalu lambat untuk menghindari inflasi yang melampaui batas.
"Kita harus menaikkan suku bunga pada waktu yang tepat, dan dalam beberapa tahap," kata mantan bankir komersial tersebut, yang dianggap oleh pasar sebagai salah satu yang paling agresif di antara sembilan anggota dewan BOJ.
Tamura juga mengatakan khawatir risiko inflasi meningkat karena kekurangan tenaga kerja yang semakin parah mendorong perusahaan untuk menaikkan upah dan meneruskan kenaikan biaya melalui kenaikan harga.
Inflasi konsumen inti mencapai 2,7 persen pada Juli dan telah berada pada atau di atas target dua persen selama 28 bulan berturut-turut.
Suku bunga netral penting karena bank sentral menggunakannya untuk menetapkan kebijakan moneter. Suku bunga netral tidak dapat diamati secara langsung, sehingga pembuat kebijakan harus memperkirakannya menggunakan model ekonomi.