Calon presiden nomor 1, Anies Baswedan. (Tangkapan Layar Metro TV)
Patrick Pinaria • 9 February 2024 11:31
Jakarta: Debat Pilpres 2024 resmi berakhir pada Minggu, 4 Februari 2024. Debat pun berjalan baik lantaran para capres mampu memaparkan gagasan dengan baik.
Pada debat yang berlangsung di Jakarta Convention Center (JCC) itu, ketiga capres diminta untuk menyampaikan gagasan terkait delapan tema, yakni kesejahteraan sosial, kebudayaan, pendidikan, teknologi informasi, kesehatan, ketenagakerjaan, sumber daya manusia, dan inklusi.
Pengamat politik Ahmad Khoirul Umam mengapresiasi penampilan para capres di debat terakhir ini lantaran sudah menyampaikan gagasan dengan baik terkait tema-tema yang diberikan. Namun, ia belum puas sepenuhnya karena tidak ada penjelasan matang terkait konsep dan gagasan ketiga capres.
"Lagi-lagi levelnya masih superficial atau permukaan. Misalnya, tadi ketika bicara tentang isu kebudayaan. Kebudayaan itu adalah sebuah infrastruktur, bahkan suprastruktur peradaban yang sangat besar. Tetapi, tadi ketika meng-elaborate tentang isu kebudayaan seolah hanya direduksi di dalam konteks seni budaya. Sekadar isu kesenian," ujar Umam dalam acara diskusi live event pasca Debat Pilpres 2024 yang disiarkan di Metro TV, Minggu, 4 Februari 2024.
Umam mencontohkan negara-negara di Benua Asia Timur yang lahir dari sebuah kebudayaan. Mulai dari integritas, kegigihan, kejujuran, dan bertanggung jawab. Hal-hal tersebut seharusnya bisa dijelaskan lebih detail lagi.
"Padahal, kalau misal kita bicara tentang negara-negara Asia Timur, mereka bangkit dari sebuah kebudayaan tentang integritas, persitensi, kegigihan, kejujuran, dan bertanggung jawab. Itu yang seharusnya di-elaborate lebih detil," tutur Umam.
Namun, dari antara gagasan ketiga capres, Umam tertarik dengan gagasan dan konsep Anies mengenai Kementerian Kebudayaan. Hanya saja, konsepnya harus lebih dijelaskan lebih rinci lagi.
"Tetapi, ada juga cukup yang menarik, misal tawaran dari Mas Anies untuk menghadirkan nomenklatur baru Kementerian Kebudayaan. Tentu perlu dijelaskan lebih detail lagi. Apakah kemudian akan mereduksi kementerian yang lain? Karena dalam konteks Undang-Undang Kementerian Negara itu dibatasi hanya 34 saja. Nah nomenklaturnya ini seperti apa? Itu butuh di-elaborate. Terutama oleh tim sukses 01," kata Umam.
Umam pun menyayangkan tidak banyak penjelasan gagasan yang mantap secara substansi. Contohnya, soal bansos. Mereka hanya berelaborasi mengenai konteks politisasinya.
Senada dengan Umam, budayawan Indonesia, Sudjiwo Tejo tidak puas dengan penampilan ketiga capres sepenuhnya. Menurutnya, para capres memberikan pemaparan yang terlalu teknis.
"Saya ingin menyambung pernyataan Mas Umam. Tadi bukan debat calon presiden, tapi debatnya calon dirjen. Teknis banget. Misalnya ngomong soal kesehatan. Kesehatan mau bangun apa? Saya membangun etika berhenti makan sepuasnya, tapi makan secukupnya karena itu makanan prasmanan ditinjau lagi," kata Tejo.
Kemudian, Tejo juga menyoroti pemaparan capres nomor urut dua, Prabowo Subianto terkait pendidikan. Tejo menyukai pemaparan Prabowo yang menilai pentingnya pelajaran matematika di Tanah Air. Namun, sayangnya, tidak ada konsep matang yang dijelaskan mengenai hal tersebut.
"Saya berharap Pak Prabowo bagus. Dia selalu menyebut matematika lebih dari tiga kali. Saya kebetulan ahli matematika. Bangsa ini harus dibangun dari matematika," kata Tejo dalam acara diskusi live event Debat Capres yang disiarkan di Metro TV, Minggu, 4 Februari 2024.
"Matematika itu bukan hitungan. Salah. Matematika itu cara melihat pola dari segala sesuatu yang tidak terpola. Beberapa kali Pak Prabowo mengatakan pembangunan matematika karena matematika dasar dari seluruh ilmu pengetahuan. Tapi, enggak di-elaborate," lanjutnya.
Tejo juga mengacu pada penjelasan capres nomor urut tiga, Ganjar Pranowo mengenai budi pekerti. Ia mengaku tidak mendapat penjelasan baik terkait budi pekerti dari mantan Gubernur Jawa Tengah itu.
"Mas Ganjar bilang soal budi pekerti, tapi enggak di-elaborate. Jadi harusnya bagus-bagus. Problem kita adalah budi pekerti. Saya kalau ada orang ngomong, saya enggak akan main HP. Coba perhatikan tapi saya minoritas mungkin satu-satunya di Indonesia," tutur Tejo.
Anies dan Ganjar Kompak Kritisi Bansos
Sementara itu, Pengamat Politik Ahmad Khoirul Umam juga menyoroti kritikan capres nomor urut satu, Anies Baswedan dan capres nomor urut dua, Ganjar Pranowo terkait bansos. Keduanya dinilai kompak mengangkat isu bansos untuk 'menyindir' capres nomor urut dua, Prabowo Subianto.
"Tampaknya kubu 03 dan juga kubu 01 untuk kesekian kalinya mencoba untuk menampilkan kekompakan. Dalam konteks ini menggunakan munisi tentang bansos sebagai materi serangan untuk mendelegitimasi kubu 02," kata Umam.
Namun, menurut Umam, Prabowo tampil cukup tenang menanggapi 'sindiran' tersebut. "Beruntungnya Pak Prabowo malam ini penampilannya relatif cukup memadai. Artinya, ada persiapan yang tampaknya dilakukan cukup serius dibanding di debat sebelumnya yang tampaknya cukup pasrah menerima dan menikmati serangan dari para rival-rivalnya," tutur Umam.
Umam pun memahami isu bansos menjadi perhatian dari Anies dan Ganjar. Menurutnya, bansos tersebut dinilai sebagai ancaman praktik demokrasi termanipulasi.
"Terkait dengan konteks bansos, mengapa hal itu penting untuk di-highlight? Karena memang ini bisa menjadi sebuah ancaman praktik demokrasi termanipulasi. Karena faktanya angkanya memang cukup spektakuler," jelas Umam.