Ilustrasi kurs rupiah. Foto: dok MI/Rommy Pujianto.
Husen Miftahudin • 25 January 2024 17:05
Jakarta: Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan hari ini kembali mengalami pelemahan yang cukup dalam di hadapan dolar Amerika Serikat (AS).
Mengutip data Bloomberg, Kamis, 25 Januari 2024, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup di level Rp15.826 per USD. Mata uang Garuda tersebut melemah hingga 113 poin atau setara 0,72 persen dari posisi Rp15.713 di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengatakan, fokus pasar beralih ke data utama PDB kuartal keempat yang akan dirilis pada Kamis, yang diperkirakan menunjukkan penurunan pertumbuhan.
"Namun perekonomian AS juga diperkirakan akan tetap unggul dibandingkan negara-negara maju," ungkap Ibrahim.
Data indeks harga PCE, alat pengukur inflasi pilihan The Fed akan dirilis pada Jumat, dan kemungkinan akan menunjukkan inflasi tetap stabil di Desember. Ketahanan perekonomian AS dan inflasi yang tinggi memberi The Fed lebih banyak ruang untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama, sebuah peringatan yang disuarakan oleh beberapa pejabat The Fed pada awal Januari.
Peringatan mereka, ditambah dengan inflasi yang kuat dan pembacaan pasar tenaga kerja, membuat para pedagang terus melepaskan spekulasi The Fed akan mulai menurunkan suku bunganya paling lambat pada Maret 2024.
Di Asia, Bank Rakyat Tiongkok secara tak terduga memangkas rasio persyaratan cadangan (RRR) untuk bank-bank lokal, yang diperkirakan akan mengeluarkan hamper USD140 miliar likuiditas ke dalam perekonomian.
"RRR menentukan jumlah cadangan modal yang perlu dimiliki oleh bank-bank Tiongkok, dan pemotongan tersebut kini akan memberikan lebih banyak likuiditas untuk disuntikkan ke dalam perekonomian," tutur dia.
PBOC juga menandai lebih banyak langkah yang akan dilakukan untuk membantu menopang pertumbuhan ekonomi, yang merupakan tanda paling jelas sejauh ini bahwa Beijing berencana untuk mengerahkan lebih banyak stimulus.
"Sinyal tersebut membantu pasar Tiongkok bangkit dari posisi terendah dalam beberapa tahun, setelah melemahnya pertumbuhan ekonomi yang mendorong arus keluar modal besar-besaran dari pasar regional," jelas Ibrahim.
Baca juga: Rupiah Kamis Pagi Melemah Lagi ke Rp15.728/USD