Apa yang Jadi Biang Kerok Ekonomi RI Anjlok di Bawah 5%?

Ilustrasi. Foto: dok MI/Ramdani.

Apa yang Jadi Biang Kerok Ekonomi RI Anjlok di Bawah 5%?

Media Indonesia • 6 November 2023 20:47

Jakarta: Kepala ekonom Bank Permata Josua Pardede membeberkan penyebab utama pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2023 sebesar 4,94 persen secara tahunan atau year on year (yoy), anjlok dari kuartal sebelumnya yang mencapai 5,17 persen yoy.

Ia menyebut ada perlambatan konsumsi rumah tangga yang terindikasi dari perlambatan laju penjualan ritel pada akhir kuartal III-2023 tercatat satu persen yoy dari akhir kuartal II-2023 sebesar 7,9 persen yoy.

Selain itu, laju pertumbuhan penjualan mobil baik wholesale dan ritel juga melambat pada kuartal III-2023 dengan masing-masing terkontraksi minus 12 persen yoy dan minus 8,8 persen yoy dari kuartal II-2023 yang tercatat tumbuh 5,8 persen yoy dan 1,9 persen yoy.

Sementara itu, investasi nonbangunan juga cenderung melambat dengan terindikasi oleh penjualan alat berat pada kuartal III-2023 yang terkontraksi minus 14,2 persen yoy dari kuartal sebelumnya 4,1 persen yoy. Penurunan laju penjualan alat berat dipengaruhi oleh penurunan harga komoditas terutama batu bara di tengah perlambatan ekonomi global pada tahun ini.


Baca juga: Resiliensi Ekonomi Indonesia Terjaga Berkat APBN si Instrumen Pengelola Syok
 

Angka pertumbuhan ekonomi lebih rendah dari perkiraan


"Angka pertumbuhan ekonomi pada kuartal III tahun ini cenderung lebih rendah dari perkiraan," kata Josua dalam keterangannya kepada Media Indonesia, Senin, 6 November 2023.

Ia menambahkan penurunan pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2023 juga didorong oleh kontraksi laju belanja pemerintah. Pada kuartal ini belanja pemerintah tercatat terkontraksi 3,76 persen yoy, jauh lebih rendah dari kuartal sebelumnya 10,62 persen yoy. Komponen belanja yang mengalami perlambatan antara lain dari belanja pegawai, belanja barang, dan belanja bantuan sosial.

"Belanja pemerintah yang cenderung rendah itu terindikasi dari realisasi sementara Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang terus menunjukkan surplus pada September 2023, yang mengindikasikan adanya pengetatan fiskal," terang Josua.

Josua juga mencatat kinerja ekspor dan impor kembali mengalami kontraksi pada kuartal III-2023, yang mencerminkan meningkatnya kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi global. Situasi ini dianggap telah menyebabkan penurunan volume perdagangan global dan penyempitan surplus perdagangan Indonesia.

Sementara dari sisi lapangan usaha, sektor pertanian tercatat mengalami perlambatan yang hanya tumbuh 1,46 persen yoy. Ini dipengaruhi oleh penurunan produktivitas pertanian di tengah fenomena El-Nino. (Insi Nantika Jelita)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Ade Hapsari Lestarini)