Jerman Nyatakan Tarif Kendaraan Listrik Tiongkok Bukan Bentuk Hukuman Dagang

Ilustrasi kendaraan listrik. foto: Unsplash.

Jerman Nyatakan Tarif Kendaraan Listrik Tiongkok Bukan Bentuk Hukuman Dagang

Arif Wicaksono • 23 June 2024 16:40

Berlin: Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck mengatakan usulan tarif Uni Eropa (UE) terhadap barang-barang Tiongkok bukanlah sebuah hukuman,
 

baca juga:

Jerman Cari Solusi Perdagangan dengan Tiongkok


Uni Eropa mengusulkan bea masuk yang besar terhadap impor kendaraan listrik (EV) buatan Tiongkok untuk memerangi apa yang dianggap UE sebagai subsidi berlebihan.

Tiongkok pun memperingatkan meningkatnya perselisihan dengan UE mengenai kendaraan listrik dapat memicu perang dagang.

 “Penting untuk dipahami bahwa ini bukanlah tarif yang bersifat menghukum,” kata Habeck dikutip dari Business Times, Minggu, 23 Juni 2024.

Dia menegaskan negara-negara seperti AS, Brasil, dan Turki telah menerapkan tarif yang bersifat menghukum, namun Uni Eropa belum menerapkannya.

“Eropa melakukan hal-hal secara berbeda.” tegas dia.

 Habeck mengatakan bahwa selama sembilan bulan, Komisi Eropa telah memeriksa dengan sangat rinci apakah perusahaan-perusahaan Tiongkok mendapat keuntungan yang tidak adil dari subsidi.

Dia menambahkan bahwa tindakan tersebut dimaksudkan untuk mengkompensasi keuntungan yang diberikan Beijing kepada perusahaan-perusahaan Tiongkok.

“Standar umum dan setara dalam akses pasar harus dicapai,” kata Habeck.

melindungi perusahaan Tiongkok

Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional Tiongkok Zheng Shanjie Habeck mengatakan kan melakukan segalanya untuk melindungi perusahaan Tiongkok.

Bea masuk sementara UE akan diberlakukan pada tanggal 4 Juli, dengan penyelidikan akan berlanjut hingga tanggal 2 November, ketika bea masuk definitif, biasanya selama lima tahun, dapat diberlakukan. Habeck mengatakan kepada para pejabat Tiongkok bahwa kesimpulan dari laporan UE harus didiskusikan.

“Saat ini penting untuk mengambil kesempatan yang diberikan oleh laporan ini dengan serius dan untuk melakukan pembicaraan atau negosiasi,” kata Habeck.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arif Wicaksono)