Ilustrasi rupiah. Foto: AFP.
Jakarta: Mata uang rupiah kembali melemah setelah laju dolar AS terus menguat di tengah petunjuk inflasi dari Paman Sam yang terus menguat.
Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada Kamis ditutup melemah menjadi Rp15.580 per USD di tengah pelaku pasar menantikan rilis data neraca perdagangan Indonesia. Pada akhir perdagangan, rupiah merosot lima poin atau 0,03 persen menjadi Rp15.580 per USD dari sebelumnya yang sebesar Rp15.575 per USD.
Laju dolar AS menguat terhadap mata uang utama lainnya karena para pelaku pasar menunggu lebih banyak data dari negara ekonomi Amerika Serikat untuk mendapatkan petunjuk mengenai arah kebijakan Federal Reserve.
Indeks harga konsumen (IHK) AS yang lebih tinggi dari perkiraan pada perdagangan Selasa telah memicu kembali kekhawatiran inflasi dapat tetap tinggi. Hal itu juga membuat para pedagang menilai kembali apakah The Fed akan mulai memangkas suku bunga pada pertemuan Juni seperti yang diperkirakan sebelumnya.
Menurut aplikasi probabilitas suku bunga LSEG, para pelaku pasar masih melihat peluang 65 persen untuk penurunan suku bunga di Juni, meskipun angka tersebut turun tipis dari 71 persen di awal minggu. Kemungkinan penurunan suku bunga di Juli berada di kisaran 83 persen.
The Fed pertahankan suku bunga
The Fed pun diperkirakan akan mempertahankan suku bunga pada pertemuan minggu depan. Adapun, perhatian akan tertuju pada proyeksi ekonomi bank yang telah diperbarui.
"Data ini mendorong perubahan marjinal pada ekspektasi suku bunga, namun pada akhirnya, pasar telah cukup tenang baru-baru ini dengan tiga kali pemangkasan tahun ini," kata Analis pasar keuangan senior di Capital.com, Kyle Rodda dilansir
Channel News Asia, Kamis, 14 Maret 2024.
Kyle menuturkan The Fed yang lebih hawkish minggu depan dapat menurunkannya menjadi dua kali (penurunan suku bunga) dan menunda ekspektasi untuk yang pertama hingga September.