Ilustrasi. Foto: Freepik.
Terkoreksi Usai Cetak Rekor, Tren Bullish Emas Masih Kuat
Eko Nordiansyah • 29 December 2025 11:33
Jakarta: Harga emas dunia (XAU/USD) mengalami koreksi pada perdagangan hari ini setelah sebelumnya mencetak rekor tertinggi sepanjang masa di level mendekati USD4.526 pada Rabu, 24 Desember 2025. Sementara, pada sesi perdagangan Asia Senin, 29 Desember 2025, emas diperdagangkan melemah di kisaran USD4.470.
Penurunan harga emas ini seiring meningkatnya volatilitas pasar akibat likuiditas yang menipis menjelang libur Natal. Meski terkoreksi, harga emas masih mencatatkan kenaikan hampir tiga persen sepanjang pekan ini, menandakan dominasi tren bullish yang belum sepenuhnya mereda.
Menurut analisis Dupoin Futures, Andy Nugraha, pergerakan emas saat ini lebih dipengaruhi oleh aksi ambil untung jangka pendek setelah reli yang sangat tajam. Secara teknikal, struktur tren emas masih menunjukkan penguatan. Kombinasi pola candlestick dan indikator Moving Average mengindikasikan XAU/USD masih berada dalam fase uptrend yang solid.
“Selama harga emas mampu bertahan di atas area support kunci, tekanan beli masih relatif dominan. Koreksi yang terjadi saat ini lebih bersifat teknikal dan wajar setelah lonjakan harga yang signifikan,” ujar Andy dalam analisisnya di Jakarta.
Berdasarkan proyeksi pergerakan harian, Dupoin Futures Indonesia menilai jika tekanan bullish kembali menguat, maka XAU/USD berpotensi melanjutkan kenaikan hingga menguji area USD4.575 sebagai target terdekat.
“Namun demikian, jika harga gagal melanjutkan penguatan dan tekanan jual meningkat, maka potensi koreksi terdekat berada di sekitar level USD4.470, yang berperan sebagai area support jangka pendek,” ujar dia.
.jpg)
(Ilustrasi. Foto: Unplash)
Reli emas terkuat dalam beberapa dekade terakhir
Harga emas telah melonjak lebih dari 70 persen sejak awal tahun, menempatkannya pada jalur kinerja tahunan terbaik sejak tahun 1979. Lonjakan tersebut didorong oleh meningkatnya permintaan aset aman di tengah ketidakpastian geopolitik global, risiko ekonomi, serta kuatnya arus investasi institusional ke logam mulia.
Pelemahan Dolar AS turut menjadi faktor utama yang menopang harga emas. Tekanan terhadap mata uang AS dipicu oleh kebijakan perdagangan proteksionis Presiden AS Donald Trump, serta sikap dovish Federal Reserve.
Sepanjang 2025, The Fed telah memangkas suku bunga acuan secara kumulatif sebesar 75 basis poin, dan pasar masih memperkirakan adanya dua kali pemangkasan tambahan pada tahun depan. Kondisi suku bunga rendah ini meningkatkan daya tarik emas karena menurunkan biaya peluang kepemilikan aset tanpa imbal hasil.
Data ekonomi AS terbaru memberikan gambaran yang beragam
Klaim pengangguran awal tercatat turun menjadi 214 ribu, lebih rendah dari perkiraan pasar. Namun, klaim pengangguran berkelanjutan justru meningkat menjadi 1,923 juta. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal ketiga tercatat solid di level 4,3 persen, melampaui ekspektasi pasar.
Ke depan, Andy menilai emas berpotensi bergerak dalam fase konsolidasi dalam jangka pendek, seiring minimnya katalis baru dan meningkatnya kecenderungan ambil untung menjelang akhir tahun.
“Meski demikian, tren kenaikan jangka menengah hingga panjang dinilai masih tetap terjaga, membuka peluang bagi emas untuk melanjutkan reli hingga 2026, selama ketidakpastian global dan kebijakan moneter longgar masih menjadi faktor dominan di pasar,” ungkap dia.