Ilustrasi. Foto: Dok Metrotvnews.com
Bekasi: F, pemuda asal Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, terpaksa menjadi admin judi online di Kamboja. Bukan karena ingin, tapi tertipu lowongan kerja dengan posisi video editor untuk sebuah hotel di luar negeri. Dia menceritakan pengalamannya bekerja sebagai admin judi online di Kamboja.
Perekrutan Hingga Pemberangkatan
Semula dirinya mendapatkan tawaran menjadi video editor bergaji tinggi untuk sebuah hotel di wilayah Kamboja dari temannya. Syaratnya mengirimkan Kartu Tanda Penduduk (KTP), ijazah dan hasil tes urine.
"Awal mulanya sih sebenarnya itu ditipu ya sama temen, karena mereka bilang di sana tuh, gue ke sana itu cuma buat jadi editor hotel. Buat bikin kayak video pemasaran hotel itu sendiri," katanya, Jumat, 18 April 2025.
F yang sedang menganggur karena belum mendapatkan pekerjaan pun tertarik. Apalagi pendapatan yang dijanjikan mencapai 500 USD per bulan.
Dia memenuhi syarat yang diminta pemberi kerja. Sepekan setelahnya, pada April 2024, dia diterbangkan dari Indonesia menuju Kamboja.
"Prosesnya lumayan cepet, karena cuman satu minggu setengah tuh gue udah berangkat ke sana," katanya di Bekasi, Jumat, 18 April 2025.
Semua biaya keberangkatan ditanggung pemberi kerja di Kamboja. "Bahkan sebelum berangkat pun kita per orang itu dikasih uang 100 dolar. Buat makan, uang saku buat makan," ungkapnya.
Pemberian uang itu, kata dia, karena dirinya tidak langsung terbang dari Jakarta ke Kamboja. Melainkan harus transit di Malaysia.
Sesampainya di sana, F pun berangkat ke tempat kerjanya di sebuah hotel yang ada di wilayah Vithei Krong, Kamboja.
Saat masuk ke dalam hotel itu untuk tanda tangan kontrak kerja, F merasa aneh. Bukan tanpa sebab melainkan lantaran melihat banyak ruangan dan komputer yang dilengkapi kamera CCTV pada setiap unitnya.
"Pas ngerasa keanehannya itu dari mulai kayak misalkan, pas mau tandatangan kontrak itu banyak ruangan. Dan salah satunya itu ada ruangan yang terbuka, itu dia di depan komputer, semua banyak komputer terus di depan komputer itu udah ada CCTV," ungkapnya.
Setelah itu dia pun terpaksa menandatangani kontrak tersebut. Namun dia kaget, karena keinginannya untuk menjadi video editor di hotel harus terkubur dan malah dijadikan admin marketing judi online.
Karyawan dan Pemberi Kerja Didominasi Orang Indonesia
Dia mengatakan bahwa karyawan pemberi kerja di tempatnya tersebut didominasi orang Indonesia. "Rata-rata hampir semua karyawan yang ada di sana itu orang Indonesia. Petinggi pun bahkan orang Indonesia semua," katanya.
Bahkan mayoritas orang dari sekitar 2000 karyawan merupakan orang Indonesia. "99 persen malah. Hampir semua," ungkapnya.
Targetkan 100 Orang Transaksi per Hari
F yang tidak punya pilihan akhirnya menjalani pekerjaan tersebut. Dia bertugas untuk menghubungi calon korban. Targetnya dia harus bisa mendapatkan sebanyak 100 transaksi di situs judi online.
"Transaksi seratus itu jadi satu orang satu kali depo itu hitungannya satu transaksi. Berarti dari misalkan satu orang itu lima kali depo itu, dia itungannya masuk ke lima transaksi," katanya.
Untuk mencapai target, dia harus menghubungi kontak WhatsApp orang-orang dari database yang telah dimiliki pemberi kerja.
Tak tanggung-tanggung, kata dia, pemberi kerja itu memberikan berbagai data mulai dari nomor WhatsApp (WA), nomor rekening bank hingga alamat rumah. Dan sebagian besar orang tersebut merupakan orang Indonesia.
"Nah nanti dari database mereka itu kita dikirimkan database, kita buat ngechat dia satu-satu untuk menawarkan dia bisa gabung main judi online itu sendiri lah," bebernya.
Sanksi dari Algojo
Dia mengungkapkan akan ada sanksi jika tidak memenuhi target yang telah ditetapkan pemberi kerja.
"Alhamdulillah kalau gue pribadi buat kerja keras seperti itu sih gue penuhin. Karena gue nggak mau banyak sampai terjadi-terjadi hal-hal yang aneh-aneh sih menurut gue pribadi,” katanya.
Disinggung soal sanksi, kata dia, ada berbagai macam sanksi. Mulai dari tekanan mental hingga fisik.
"Tekanan mental dengan cara gue dikata-katain, kata-kata hewan semua segala macam itu masuk ke gue. Oke lah dia nggak main fisik ke gue tapi mental gue dihajar abis-abisan sama dia," katanya.
Selain itu ada juga teman kerjanya yang mendapatkan hukuman terkena setrum karena melakukan kesalahan.
"Bahkan sampai disetrum nggak dikasih makan selama tiga hari dan disetrum. Dari pihak kantor pun harus bilang kalau dia mengakui bahwa dia itu mengambil uang kantor," katanya.
Soal siapa yang mengeksekusi para karyawan yang melakukan pelanggaran, kata dia, pemberi kerja itu memiliki algojo.
"Sebenernya di situ tuh ada algojo-nya lagi bang. Kayak buat tim pukulnya," ujarnya.
Pulang Setelah Bayar Tebusan Puluhan Juta
Kini, F bisa pulang dan bertemu keluarganya. Dia bisa pulang setelah membayar uang tebusan karena mengakhiri kontrak kerja.
“Gue kerja keras, nabung cari uang. Itu kalau gue buat pulang pribadi itu biasanya harus ada tebusan. Kalau nggak ada tebusan yaudah kita nggak bakalan bisa pulang. Sampai selama satu tahun kontrak itu habis,” katanya.
Jumlah uang tebusan yang harus dia bayar tidak sedikit tapi mencapai puluhan juta rupiah.
"Tebusan gue pribadi itu sampai Rp23 juta. Itu bayar ke perusahaan cash. Karena dari Rp23 juta itu dihitung dari biaya transport gue berangkat, pembuatan paspor, sama jalur VIP segala macem," katanya.
Dia mengaku pulang karena sudah tidak kuat berada di sana serta merasa bersalah dengan pekerjaannya.
“Kalau kemarin gue pribadi pulang benar-benar sendirian. Dari mulai berangkat, pulang dari mes, ke bandara itu benar-benar sendiri. Bahkan setelah gue bayar denda, tiket pesawat keluar. Tiket pesawat ini, ini pakai uang pribadi. Dari kantor pun gak dikasih sama sekali,” ujarnya.
Dia merasa bersalah dengan pekerjaannya. Hal itu sempat membuatnya takut untuk bertemu dengan orang lain. Dia juga langsung bertemu dengan psikiater sepulang dari Kamboja.
"Karena gue ngerasa kayak mental gue bener-bener ancur banget gitu. Ketemu orang pun gue sekarang takut. Awal gue balik ke Indonesia tuh kan November. Gue ketemu orang pun takut. Benar-benar takut,” katanya.
Minta Masyarakat Jangan Percaya Judol
F memberikan pesan agar tidak bermain dan mempercayai praktik judi online. Karena aktivitas tersebut tidak akan membuat kaya raya.
“Karena gini, judi online tuh nggak ada yang bikin kalian kaya. Kalau kalian main judi online itu pasti siklus ya. Kalau kalian nggak pinjol, ujung-ujungnya tuh pasti pinjol. Jual barang-barang segala macam buat main. Itu pasti kalian bakal kalah. Karena kalau kalian kalah, bandar di sana tuh benar-benar senang," katanya.
Tolak Iming-iming Gaji Besar Kerja di Luar Negeri
Dirinya juga berpesan agar masyarakat tidak mudah percaya dengan iming-iming gaji besar di luar negeri. "Sarannya jangan gampang tergiur sama gaji gede sih sebenernya. Karena memang penawaran mereka tuh bener-bener manis," katanya.
"Sekarang gini mikirnya, kita cuma lulusan SMK lah ibaratnya. Terus diajakin kerja dengan gaji 500 dolar itu dalam 1 bulan. Berarti kan kalo dirupiahkan tuh lumayan besar juga. Pasti banyak yang tertarik. Nah saran gue jangan sampe tertarik dengan rayuan-rayuan manis dari orang-orang sana," ujarnya.