Ilustrasi. Foto: Freepik.
Eko Nordiansyah • 20 April 2025 16:56
Jakarta: Seorang karyawan swasta, Rara, tengah menghadapi dilema klasik yang dihadapi banyak orang: lebih baik berhemat atau menambah pemasukan? Rara kerap dihadapkan pada pertanyaan itu dalam perjalanannya mengelola keuangan.
Dahulu, Rara sering ngopi bersama rekan kerja dan hangout tiap akhir pekan. Kini, ia menerapkan gaya hidup hemat. Ia mengurangi frekuensi pergi ke kafe, membawa tumbler, dan lebih selektif dalam membeli makanan dan minuman di restoran. Keputusan Rara untuk berhemat, khususnya dalam hal pengeluaran kecil yang sering dilakukan, terinspirasi oleh konsep “latte factor”.
Melansir laman SMBC, konsep ini mengacu pada pengeluaran kecil yang sering dilakukan secara rutin, seperti membeli kopi mahal, sehingga bisa mengancam keuangan pribadi. Mengubah pengeluaran tidak sadar menjadi pembelian yang disengaja dapat mencegah kebocoran anggaran dan berdampak positif bagi keuangan di masa depan.
Bagi Rara, mengurangi kebiasaan ngopi di kafe menjadi satu kali sehari tidak membuatnya tampak tidak gaul. Ia tetap bisa nongkrong, tetapi dengan biaya yang jauh lebih rendah. Rara menyadari bahwa berhemat adalah langkah awal yang penting untuk mencapai tujuan keuangannya.
Namun, Rara juga menyadari bahwa hanya berhemat saja tidak cukup. Ia mencari pekerjaan sampingan untuk menambah penghasilan investasinya. Ketekunan Rara dalam bekerja membuahkan hasil, ia dipromosikan dan mendapat kenaikan gaji.
Rara percaya bahwa menaikkan pendapatan sangat penting, tetapi tidak ada gunanya pendapatan naik jika pengeluaran tetap lebih besar. Ia menekankan pentingnya terus belajar dan meningkatkan keahlian, membangun jaringan, serta mencari peluang baru untuk meningkatkan pendapatan.
Baca juga:
Jangan Cuma Ikut-ikutan! Intip Peluang Investasi di Tengah Ketidakpastian Global |