4 Prioritas Investasi Kuartal I-2025

Ilustrasi. Foto: Medcom.id

4 Prioritas Investasi Kuartal I-2025

Ade Hapsari Lestarini • 9 January 2025 17:53

Jakarta: HSBC Global Private Banking (HSBC GPB) memperkirakan aset berisiko akan tetap menjanjikan di paruh pertama 2025. Hal ini didukung dari prospek ekonomi global yang sehat, meluasnya pertumbuhan pendapatan perusahaan, dan pemangkasan suku bunga bank sentral di berbagai belahan dunia.

"HSBC GPB melaporkan ada empat hal yang bisa diprioritaskan dalam berinvestasi pada kuartal I-2025," ujar Chief Investment Officer, Asia, Global Private Banking and Wealth HSBC, Fan Cheuk Wan, dalam keterangan tertulis, Kamis, 9 Januari 2025.
 

1. Mencari pendorong peningkatan laba dari prioritas kebijakan pemerintah dan inovasi


Setelah kenaikan valuasi pasar saham di 2024 dan perkiraan pertumbuhan ekonomi global yang moderat di 2025, HSBC GPB mencari perusahaan-perusahaan yang memiliki potensi pertumbuhan laba di atas rata-rata.

HSBC GPB mencari pendorong peningkatan laba dari kebijakan industri dan fiskal yang menguntungkan, serta dari inovasi di bidang kecerdasan buatan (AI). Kedua faktor ini menjadi motor untuk pertumbuhan pendapatan yang kuat di 2025.

Dia mengatakan, saham-saham sektor industri di Amerika Serikat dan Asia diprediksi akan diuntungkan oleh kebijakan industri yang mendukung. Inovasi yang didorong oleh AI dan belanja perusahaan akan meningkatkan sektor teknologi global serta tema High Conviction, seperti otomatisasi cerdas & AI, infrastruktur digital serta obat-obatan mutakhir.

"Perkembangan ekonomi berbasis data ini membutuhkan lebih banyak listrik, sehingga mendukung tema energi transisi kami. Semua ini membutuhkan lebih banyak infrastruktur, seperti pengembangan pusat data yang pesat, yang akan menciptakan peluang besar bagi investor," tambah Fan.

 
Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi di 6 Negara ASEAN akan Capai 4,8%
 

2. Mengatasi penurunan suku bunga dengan strategi multiaset dan investasi obligasi secara aktif


Menurut dia, karena sebagian besar bank sentral utama terus menurunkan suku bunga, HSBC GPB berpendapat menyimpan uang tunai akan kurang menguntungkan dibandingkan dengan investasi pada obligasi, saham, dan aset alternatif.

Suku bunga yang lebih rendah juga akan membantu meningkatkan valuasi aset-aset berisiko. Strategi investasi multi aset akan memberikan banyak peluang, mengingat banyaknya faktor pendorong pertumbuhan untuk saham, korelasi yang rendah antara saham dan obligasi, dan perbedaan pengembalian yang besar antarsaham.

"Volatilitas suku bunga mungkin akan tetap tinggi untuk beberapa waktu, dan strategi investasi obligasi secara aktif dapat menghasilkan sumber keuntungan dari berbagai pasar dan sektor dengan beradaptasi secara taktis mengikuti perubahan kondisi pasar," jelas Fan.


Ilustrasi. Foto: Medcom.id
 

3. Membangun alokasi inti ke pasar privat dan hedge fund


Lebih dari 85 persen perusahaan di Amerika Serikat dengan pendapatan di atas USD100 juta adalah perusahaan privat yang tidak terdaftar di bursa saham (perusahaan tertutup).

Dengan semakin banyaknya perusahaan yang tetap ingin berbentuk tertutup, investor perlu memiliki eksposur ke pasar privat untuk menangkap lonjakan pertumbuhan yang menarik ini.

HSBC GPB membangun alokasi ke saham privat dan kredit privat untuk menambah peluang yang tidak tersedia di pasar publik, menghasilkan keuntungan tambahan, dan diversifikasi.

"Hedge fund memiliki peluang yang menarik, sementara volatilitas pasar yang tinggi dan perbedaan pengembalian menciptakan kondisi investasi yang menguntungkan," kata Fan.

 
Baca juga: 2025 Jadi Tahun yang Penuh Ketidakpastian Ekonomi dan Kenaikan Harga
 

4. Menemukan ketahanan domestik di Asia yang sedang berkembang


Untuk menghadapi ketidakpastian perdagangan yang meningkat setelah pemilihan umum di Amerika Serikat, HSBC GPB fokus untuk menemukan ketahanan domestik dan peluang diversifikasi di pasar saham dan kredit Asia.

HSBC GPB memperkirakan pertumbuhan PDB Asia, kecuali Jepang, akan tetap kuat di angka 4,4 persen pada 2025. Kenaikan tarif perdagangan juga mendorong perdagangan dan investasi intra-regional di Asia, yang menawarkan peluang pertumbuhan bagi para pemimpin perusahaan manufaktur kelas atas dengan daya saing global.

"Meskipun dolar Amerika Serikat menguat, HSBC GPB tetap bullish terhadap rupee India, rupiah Indonesia, dan peso Filipina, yang didukung oleh imbal hasil tinggi, ketergantungan perdagangan yang lebih rendah, dan ketahanan domestik yang kuat. HSBC GPB memiliki pandangan netral terhadap Renminbi (RMB) dengan perkiraan akhir 2025 sebesar 7,40 terhadap dolar AS," ujar Fan.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Ade Hapsari Lestarini)