Paus Leo Desak Aksi Lebih Kuat saat KTT Iklim COP30 Masuki Pekan Akhir

Paus Leo XIV saat berada di Vatikan. (Vatican News)

Paus Leo Desak Aksi Lebih Kuat saat KTT Iklim COP30 Masuki Pekan Akhir

Willy Haryono • 19 November 2025 06:27

Brasil: Paus Leo XIV mengkritik pemerintah dunia karena dinilai gagal memperlambat laju pemanasan global, saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Belem memasuki pekan kedua.

Ia menilai komitmen internasional melemah meski satu dekade telah berlalu sejak Perjanjian Paris 2015 yang menargetkan pembatasan kenaikan suhu global di bawah 2°C. Para ilmuwan kini memperingatkan Bumi hampir pasti akan melampaui batas tersebut dan menghadapi dampak yang semakin berat.

Dalam pesan video yang ditayangkan pada sebuah acara di sela konferensi, Paus Leo menegaskan bahwa kondisi alam sudah memberikan peringatan keras.

“Ciptaan sedang berteriak melalui banjir, kekeringan, badai, dan panas yang tak henti,” ujarnya, dikutip AsiaOne, Selasa, 18 November 2025.

Ia menyebut Perjanjian Paris tetap menjadi instrumen terkuat untuk melindungi planet, tetapi kegagalan justru muncul akibat kurangnya kemauan politik dari sejumlah negara.

Delegasi dari hampir 200 negara di Belem kini berupaya menuntaskan isu paling sulit, mulai dari pendanaan iklim hingga target pemangkasan emisi, sebelum tenggat pada Rabu. Presiden COP30 Andre Correa do Lago mengakui proses negosiasi sangat berat karena banyak dokumen belum difinalisasi, namun tetap optimististis pembahasan bisa dipercepat.

Kepala Iklim PBB Simon Stiell mengingatkan bahwa “waktu untuk diplomasi simbolis sudah lewat” dan meminta negara-negara mempercepat kerja substantif.

KTT di Belem memperlihatkan dinamika baru diplomasi iklim, dengan semakin menguatnya pengaruh China, India, serta negara berkembang lainnya. Di sisi lain, Uni Eropa menghadapi penurunan dukungan publik terhadap agenda hijau, sementara Amerika Serikat tidak hadir dalam konferensi tahun ini.

Beberapa negara mulai mengumumkan kemajuan, seperti Denmark yang menargetkan pemotongan emisi hingga 82% pada 2035, serta Korea Selatan yang berencana menghentikan pembangunan PLTU batu bara baru.

Namun transisi energi di negara-negara berkembang masih mengalami hambatan, termasuk Indonesia yang berisiko gagal memenuhi target pensiun dini PLTU akibat lambatnya pencairan dana dari negara maju. (Keysa Qanita)

Baca juga:  Turki Siap Gelar KTT Iklim COP31 Sendiri di Tengah Kebuntuan dengan Australia

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Willy Haryono)