M Sholahadhin Azhar • 30 October 2025 13:01
Jakarta: Figur santri milenial, dinilai tepat memimpin Gerindra Jawa Timur. Hal itu dibeberkan Korwil LSI Denny JA Jawa Timur, Imam Fauzi.
“Yang dibutuhkan Gerindra Jatim ke depan adalah figur pesantren yang milenial, diterima semua kalangan, komunikatif, gaul, dan serba bisa,” kata Imam dalam keterangan yang dikutip Kamis, 30 Oktober 2025.
Menurut Imam, hal tersebut sangat vital untuk memperkuat basis di Jawa Timur. Apalagi, menjelang 2025.
Imam menilai sosok yang dapat diperhitungkan yakni Gus Irfan (Mochamad Irfan Yusuf). Imam melihat sosok tersebut memiliki kans besar.
“Sebagai cucu Mbah Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang, Gus Irfan membawa simbol sejarah dan legitimasi moral pesantren terbesar di negeri ini. Ia punya potensi magnet elektoral yang luar biasa,” kata Imam.
Dia melihat sosok Gus Irfan bisa diperkuat dengan figur sekretaris dari pesantren. Khususnya, dari daerah Tapal Kuda dan Madura yang punya basis luas.
"Kombinasi sempurna," kata Imam.
Imam melihat sosok kuat lain yakni Muhammad Haris, atau akrab disebut Gus Haris. Bupati Probolinggo dan cucu pendiri Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo dan Pesantren Darul Ulum Jombang ini dianggap punya jaringan pesantren yang luas di Tapal Kuda, Madura, dan juga Mataraman.
“Gus Haris punya kedekatan dengan pesantren besar seperti Lirboyo, Sidogiri, bahkan sampai Banyuwangi dan Madura. Ia santri sejati yang kini jadi kepala daerah, figur ideal yang paham birokrasi dan pesantren sekaligus,” kata Imam.
Imam menyebut rekomendasi terhadap dua tokoh itu bukan tanpa dasar. Keduanya mulai dibicarakan di internal Gerindra.
“Saya mendengar langsung dari beberapa forum organisasi di Jatim dan jaringan
partai. Kalau keduanya dipasangkan, itu akan jadi duet yang klop,” kata Imam.
Imam menambahkan, data riset dari berbagai lembaga survei nasional selama ini menegaskan. Bahwa, peran pesantren di Jawa Timur masih cukup dominan.
“Kiai dan pesantren adalah figur utama yang paling didengar masyarakat. Dalam peta politik Jatim, suara dominan arus pesantren tentunya bisa menentukan arah kemenangan partai,” ujar Imam.
Karena itu, menurutnya, Gerindra Jatim tak cukup hanya menampilkan figur politisi atau birokrat. Sebab, yang dibutuhkan adalah figur moral, yang bisa bicara politik dengan bahasa arus utama di Jawa Timur yaitu pesantren.
"Dan bisa membawa serta membicarakan pesantren dengan cara politik yang santun,” kata Imam.
Pengamat politik Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Wahyudi Winarjo melihat figur berbasis pesantren yang diinginkan Prabowo Subianto memang tepat, jika diterapkan di Jatim. Sebagai provinsi berbasis muslim NU, itu sebagai langkah politik yang brilian.
"Ini menjadi momentum bagi partai nasionalis religius seperti Gerindra untuk start politiknya di Jatim. Itu langkah taktis strategis Gerindra," kata Wahyudi.
Partai Gerindra/Ilustrasi Istimewa
Beberapa nama jadi perbincangan di internal DPP Gerindra, beberapa nama menjadi pembicaraan. Ada Irfan Yusuf Hasyim, menteri Haji RI yang juga cucu pendiri Nahdlatul Ulama KH Hasyim Asy’ari. Ada pula dr Muhammad Haris, Bupati Probolinggo, pembina Gerindra Probolinggo yang juga tokoh muda dari kalangan pesantren.
Muncul pula nama Ahmad Fawaid, bupati Jember, Ahmad Dhani (DPR RI Gerindra), Wahyu Hidayat (wali kota Malang), dan beberapa nama dari kalangan purnawirawan militer.
Informasi yang berkembang, Prabowo Subianto ingin Gerindra Jatim dipegang figur yang dekat dengan pesantren. Alasannya sederhana. Jawa Timur adalah lumbung suara Islam tradisional. Dari 40 juta lebih pemilih di provinsi ini, separuhnya masih menjadikan kiai dan pesantren sebagai panutan politik.