Kerusakan akibat terjangan Topan Kalmaegi di Cebu, Filipina, 4 November 2025. (EFE/EPA/JUANITO ESPINOSA)
Jakarta: Pekan ini dunia diwarnai gejolak politik, bencana alam, dan momen diplomasi bersejarah. Konflik di Sudan antara militer dan pasukan RSF kian mengerikan dengan laporan kuburan massal dan jutaan warga mengungsi.
Di Asia Tenggara, dua topan kuat — Kalmaegi dan Fung-wong — menerjang Filipina secara beruntun, menimbulkan korban dan kehancuran luas. Dari Amerika Serikat, kemenangan Zohran Mamdani sebagai wali kota New York menandai babak baru politik progresif, disertai ketegangan terbuka dengan Presiden Donald Trump.
Sementara itu, sejarah tercipta ketika Presiden Suriah Ahmed al-Sharaa tiba di Washington untuk pertemuan pertama dalam sejarah antara pemimpin Suriah dan Presiden AS.
1. Konflik Sudan vs Rapid Support Forces (RSF)
Dalam pekan ini konflik antara tentara
Sudan dan RSF memasuki babak semakin brutal, dengan eskalasi serangan terhadap warga sipil terutama di wilayah El Fasher di Darfur.
RSF telah menyetujui draf gencatan kemanusiaan yang diusulkan AS, namun realitas di lapangan menunjukkan retakan besar: temuan kuburan massal, pengungsian massal, dan peringatan dari PBB bahwa “atasan penderitaan” belum tercapai.
Lebih jauh, analisis menunjukkan bahwa keterlibatan negara eksternal, seperti United Arab Emirates, dalam mensuplai RSF kini mulai dipersoalkan secara terbuka.
Dampak kemanusiaan nyata: jutaan orang sudah mengungsi dan banyak yang menghadapi kelaparan, kekurangan medis, dan kerusakan infrastruktur yang meluas.
Baca juga:
RSF Diduga Lakukan Pembantaian Massal di El-Fasher, ICC Selidiki Dugaan Kejahatan Perang
2. Topan Kalmaegi melanda Asia Tenggara
Topan Kalmaegi (dikenal di Filipina sebagai Tino) menyebabkan kerusakan besar di Filipina kemudian bergerak ke Vietnam. Di Filipina tercatat korban tewas mencapai setidaknya 114 orang, dengan puluhan lainnya hilang, terutama di provinsi Cebu.
Sementara di Vietnam, hujan dan banjir diperkirakan akan menimbulkan kerugian besar di wilayah penghasil kopi di dataran tinggi.
Pemerintah Filipina bahkan mendeklarasikan status darurat nasional karena bencana ini, yang terjadi di tengah aktivitas normal bangsa.
3. Zohran Mamdani menang dalam Pemilihan Wali Kota New York
Di Amerika Serikat,
Zohran Mamdani berhasil memenangkan pemilihan wali kota New York City, menjadi wali kota pertama Muslim dan keturunan Asia Selatan untuk kota tersebut.
Dalam pidato kemenangannya, ia secara terbuka memanggil Trump dan menyatakan bahwa New York akan menjadi “cahaya dalam kegelapan politik” yang diwakili oleh Trump.
Trump sendiri merespons dengan sindiran bahwa pidato Mamdani “sangat marah” dan bahwa federal funds untuk NYC bisa dipertimbangkan.
Kemenangan ini dipandang sebagai sinyal penting bagi arah Politik AS dan dinamika Demokrat vs Republik menjelang pemilihan berikutnya.
4. Kunjungan Bersejarah Ahmed al?Sharaa ke AS — pertama bagi Presiden Suriah
Presiden Suriah Ahmed al-Sharaa tiba di Amerika Serikat pada 8 November untuk kunjungan resmi ke Gedung Putih dan bertemu Trump, menandai kunjungan pertama Presiden Suriah sejak kemerdekaan negara itu pada tahun 1946.
Sebelum kunjungan ini, AS dan Inggris telah mencabut sanksi terhadap al-Sharaa, dan Dewan Keamanan PBB juga menghapusnya dari daftar “teroris” agar pertemuan dapat terlaksana.
Kunjungan ini merupakan langkah besar dalam normalisasi hubungan AS-Suriah, dan dapat membuka babak baru diplomasi Timur Tengah yang lebih kompleks.
5. Topan Fung?wong mengancam Filipina
Hanya beberapa hari setelah Kalmaegi bergeser ke Vietnam, Fung-wong, yang nama lokalnya Uwan, mulai mengancam Filipina dengan intensifikasi cepat menjadi topan super. Lebih dari 100.000 orang telah dievakuasi dari wilayah timur dan utara Filipina sebagai antisipasi pada Minggu, 9 November 2025.
Badan meteorologi Filipina memperingatkan gelombang badai hingga lima meter dan angin hingga 185 km/h, serta potensi meluas ke hampir seluruh negara.
Pemantauan sedang sangat ketat karena wilayah yang dilaluinya baru saja hancur oleh Kalmaegi.