Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Kaja Kallas. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 14 December 2025 12:57
Brussels: Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Kaja Kallas, memperingatkan bahwa jaminan keamanan bagi Ukraina tanpa diikuti konsesi nyata dari Rusia berisiko memicu konflik baru di kawasan lain.
Dalam wawancara dengan harian Italia Corriere della Sera, Jumat, 12 Desember, Kallas menegaskan bahwa penyelesaian berkelanjutan untuk mengakhiri perang Rusia di Ukraina tidak akan tercapai selama Moskow tidak mengubah perilakunya dan menerima pembatasan konkret terhadap kekuatan militernya.
Menurut Kallas, hambatan utama bagi perdamaian adalah Rusia. Ia menilai bahwa pemberian jaminan keamanan kepada Ukraina tanpa konsesi dari Rusia hanya akan memindahkan potensi konflik ke wilayah lain, meskipun bukan lagi di Ukraina.
Dilansir dari Antara, Sabtu, 13 Desember 2025, ia menyatakan bahwa Uni Eropa menyambut meningkatnya momentum diplomatik menuju perdamaian, termasuk upaya yang dilakukan oleh pemerintahan Amerika Serikat.
Namun, Rusia dinilai belum menunjukkan kemauan tulus untuk menghentikan perang, sebagaimana tercermin dari serangan yang terus berlanjut terhadap warga sipil dan infrastruktur Ukraina.
Kallas menekankan bahwa gencatan senjata harus menjadi langkah awal menuju kesepakatan yang kredibel. Pencegahan konflik di masa depan, lanjutnya, mensyaratkan adanya jaminan bahwa Rusia tidak lagi memiliki kemampuan untuk melancarkan perang baru.
Untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan, Kallas menegaskan Uni Eropa membutuhkan konsesi nyata dari Rusia, baik dalam bentuk pembatasan kekuatan militer maupun pengendalian anggaran pertahanan.
Ia juga menegaskan kembali posisi tegas Uni Eropa bahwa tidak boleh ada konsesi wilayah dan tidak ada pengakuan terhadap pendudukan wilayah Ukraina. “Perubahan batas wilayah tidak dapat dilakukan dengan kekerasan,” ujarnya.
Selain itu, Kallas menekankan bahwa tidak boleh ada celah dalam arsitektur keamanan Eropa yang memberikan Rusia peran langsung.
Terkait kemungkinan Ukraina bergabung dengan Uni Eropa pada 2027, Kallas menyatakan bahwa proses aksesi tetap bergantung pada penilaian kinerja dan keputusan negara-negara anggota. Meski demikian, ia mengakui bahwa dukungan Amerika Serikat dapat membantu mengatasi hambatan politik di dalam Uni Eropa.
Menurutnya, dorongan dari Washington dapat menjadi sinyal positif bagi negara-negara anggota yang selama ini menghambat kemajuan Ukraina, termasuk Hungaria, untuk mencabut hak veto mereka.
Baca juga: Uni Eropa Usulkan Bantuan Rp174 Triliun untuk Ukraina dari Aset Rusia