Tak Bisa Bertani Lagi, Petani Pidie Jaya Berharap Bantuan Pemerintah

Keuchik Gampong Babah Krueng Kecamatan Bandar Dua Kabupaten Pidie Jaya saat memandang lahan persawahan warganya yang telah ditutupi lumpur, di Pidie Jaya, Aceh, Rabu, 17 Desember 2025. ANTARA/Rahmat Fajri

Tak Bisa Bertani Lagi, Petani Pidie Jaya Berharap Bantuan Pemerintah

Silvana Febiari • 18 December 2025 06:42

Banda Aceh: Masyarakat petani di Gampong (desa) Alue Keutapang, Kecamatan Bandar Dua, Kabupaten Pidie Jaya, Aceh mengharapkan pemerintah segera bertindak. Mereka meminta agar lahan persawahan yang rusak dan tertimbun lumpur akibat banjir bandang dapat segera dipulihkan kembali.

"Masyarakat di sini bertani, dan sekarang sawah tertutup lumpur banjir. Kita harap pemerintah dapat membantu mengeroknya," kata Keuchik (kepala desa) Alue Keutapang, Kafrawi, dikutip dari Antara, Kamis, 18 Desember 2025.

Dia menjelaskan, lahan persawahan di desanya seluas 175 hektare. Akibat bencana tersebut, 64 hektare rusak berat, dengan 34 hektare gagal panen dan 30 hektare baru selesai dipanen.

Selebihnya, banyak juga sawah yang rusak ringan akibat lumpur banjir tersebut. Sejauh ini, lahan yang masih bagus untuk ditanami kembali hanya sekitar 10-11 hektare.
 


"Gagal panen dan rusak berat 34 hektare, yang sudah panen rusak berat 30 hektare. Kalau yang masih bisa ditanam lagi sekitar 10-11 hektare," ujarnya.

Untuk sawah yang rusak berat, ketinggian lumpurnya mencapai 50-70 sentimeter. Kondisi tersebut membuat sawah mereka hilang dan terlihat seperti tanah timbunan.

Tim dari Dinas Pertanian sudah turun meninjau lokasi. Mereka berjanji membantu mengambil lumpur-lumpur itu menggunakan alat berat.

"Kalau dipulihkan, Dinas Pertanian sudah turun ke lokasi, katanya mau dikerok kembali lumpurnya pakai alat berat," ungkap Kafrawi.


Kondisi jalan Meuredu, Pidie Jaya yang berdebu. Foto: Metrotvnews.com/Fajri Fatmawati

Ia menegaskan bahwa petani tidak bisa memaksakan diri untuk menanami padi di atas lumpur tersebut. Sebab, saluran airnya sudah hancur tertutup lumpur, sehingga airnya tidak bisa mengalir lagi.

"Sawah sudah mengering, dampak sosial di sini pastinya kehilangan mata pencaharian, karena di sini rata-rata petani dan penjual. Karena itu, kita harapkan pemerintah dapat memulihkan sawah-sawah masyarakat ini," harap Kafrawi.

Hal senada juga disampaikan Ismail, Keuchik Babah Krueng, Kecamatan Bandar Dua, Kabupaten Pidie Jaya. Ia menyampaikan, di daerahnya sekitar 60 hektare lahan pertanian serta masyarakat terendam lumpur banjir, bahkan sebagian hendak dipanen, kemudian gagal setelah musibah tersebut.

"Tertimbun lumpur semua yang padi belum dipotong, 60 hektare gagal panen," katanya.

Kondisi ini membuat mata pencaharian masyarakat di daerah tersebut yang mayoritas petani terganggu. Pemerintah daerah diharapkan bisa memberikan solusi terbaik, mengingat persawahan di sana sudah lumpuh total.

"Masyarakat kami di sini kerjanya hari-hari ke sawah, jadi sawahnya bermasalah, maka ekonomi dan pangannya bermasalah," ujar Ismail.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Silvana Febiari)