Ilustrasi. Foto: dok MI.
Husen Miftahudin • 24 December 2025 09:53
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan hari ini mengalami penguatan, setelah terperosok cukup dalam kemarin.
Mengutip data Bloomberg, Rabu, 24 Desember 2025, rupiah hingga pukul 09.43 WIB berada di level Rp16.767 per USD. Mata uang Garuda tersebut menguat 20 dua poin atau setara 0,12 persen dari Rp16.787 per USD pada penutupan perdagangan sebelumnya.
Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah pada waktu yang sama berada di level Rp16.785 per USD. Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah pada hari ini akan bergerak secara fluktuatif, meski demikian rupiah diprediksi akan kembali melemah.
"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.780 per USD hingga Rp16.810 per USD," jelas Ibrahim.
Ketegangan AS-Venezuela meningkat
Ibrahim mengungkapkan, pergerakan rupiah pada hari ini dipengaruhi oleh sentimen meningkatnya ketegangan antara AS dan
Venezuela, setelah angkatan laut AS terlihat berupaya menyita kapal tanker minyak ketiga yang terkait dengan negara Amerika Selatan tersebut.
Presiden AS Donald Trump terus melancarkan retorika terhadap Caracas dan Presiden Nicolas Maduro, memperingatkan potensi serangan angkatan laut. Trump juga mengatakan AS akan menahan minyak dari kapal tanker Tiongkok yang disita di lepas pantai Venezuela.
Di sisi lain, ketegangan Iran-Israel kembali memanas, setelah laporan menunjukkan Iran mungkin menggunakan latihan militer skala besar sebagai kedok potensial untuk operasi ofensif.
Pejabat Israel juga telah memperingatkan Teheran mungkin sedang membangun kembali fasilitas pengayaan nuklir yang sebelumnya menjadi sasaran serangan AS pada Juni. Selain itu, Israel berencana untuk memberi pengarahan kepada Washington tentang potensi serangan lebih lanjut terhadap Teheran.
Ke depan, pasar terus mengantisipasi pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut oleh Fed hingga 2026, karena data terbaru menunjukkan tekanan inflasi yang mendingin dan pasar tenaga kerja AS yang lebih lemah.
"Fokus psar hari ini adalah pada rata-rata empat minggu perubahan ketenagakerjaan ADP, laporan Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal ketiga yang tertunda, Pesanan Barang Tahan Lama, Produksi Industri, dan Kepercayaan Konsumen AS," papar Ibrahim.
(Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: MI/Susanto)
Kredit nganggur di perbankan capai Rp2.500 triliun
Sementara di sisi lain, Bank Indonesia (BI) mengungkap penyebab kredit '
nganggur' yang belum disalurkan perbankan (
undisbursed loan) menyentuh Rp2.500 triliun per November 2025. Ini terjadi karena permintaan kredit saat ini belum sekuat yang diharapkan. Pasalnya, korporasi masih
wait and see di tengah ketidakpastian ekonomi.
"Tak hanya korporasi, rumah tangga juga masih menahan untuk mengambil kredit konsumsi lantaran masih ragu akan kondisi ekonomi ke depan. Dari sisi suplai, bank sentral sudah memberikan insentif yang banyak kepada perbankan. Namun, sisi permintaan juga masih perlu didorong," tegas Ibrahim.
Sementara itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melihat pertumbuhan
undisbursed loan yang tetap tinggi menunjukkan masih adanya kelonggaran tarik kredit di masa depan yang dapat dimanfaatkan oleh debitur dalam melakukan ekspansi usaha.
Dengan komitmen kredit atau pembiayaan yang besar, terdapat potensi peningkatan realisasi kredit di masa mendatang. Hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi ekonomi membaik dan kepercayaan pelaku usaha meningkat.
Dengan posisi ini, sektor perbankan nasional dinilai tetap memiliki ruang untuk mendukung pembiayaan produktif, selama disertai dengan pendekatan yang cermat terhadap risiko dan arah kebijakan ekonomi ke depan.
"Pemulihan beberapa sektor ekonomi serta dukungan optimal dari kebijakan fiskal dan moneter juga akan meningkatkan efek
multiplier ke konsumsi rumah tangga dan investasi dunia usaha," terang dia.