Anak-anak di Gaza jadi korban peningkatan ketegangan di Timur Tengah. Foto: AFP
Medcom • 20 September 2024 17:05
Washington: Gedung Putih menyatakan pada Kamis, 19 September 2024, bahwa kekhawatirannya terhadap eskalasi ketegangan di Timur Tengah setelah serangkaian ledakan mengguncang Lebanon selama 2 hari berturut-turut. Ledakan ini menewaskan 37 orang dan melukai ribuan orang.
“Kami sangat khawatir dengan ketegangan yang sedang berlangsung dan cemas akan kemungkinan meningkatnya konflik. Kami sudah menekankan bahwa solusi terbaik adalah melalui jalur diplomatik," kata juru bicara Gedung Putih, Karine Jean-Pierre, kepada wartawan, seperti dikutip Anadolu, Jumat 20 September 2024.
Pernyataan ini muncul di tengah gelombang baru eskalasi antara Israel dan Hizbullah, setelah serangkaian perangkat komunikasi yang disabotase meledak di Lebanon pada Selasa dan Rabu lalu. Perangkat seperti pager dan walkie-talkie, yang sebagian besar digunakan oleh anggota Hizbullah, menjadi sasaran ledakan ini.
Pernyataan ini timbul di tengah gelombang baru eskalasi antara Israel dan Hizbullah, setelah serangkaian perangkat komunikasi yang disabotase meledak di Lebanon pada Selasa- Rabu lalu. Perangkat seperti pager dan walkie-talkie, yang sebagian besar digunakan oleh anggota Hizbullah, menjadi sasaran ledakan ini.
Akibat ledakan tersebut, tidak hanya militan tetapi warga sipil, termasuk dua anak menjadi korban. Jumlah korban tewas saat ini mencapai 37 orang, dengan hampir 3.000 orang terluka.
"Melihat anak-anak terluka, orang-orang terluka, sangat sulit, dan itu bukan sesuatu yang ingin kita saksikan," kata Jean-Pierre, yang menolak memberikan komentar lebih lanjut tentang serangan tersebut.
Meskipun belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas serangan bom itu, pemerintah Lebanon dan Hizbullah menuduh Israel sebagai dalang di baliknya.
Konflik antara Hizbullah dan Israel sendiri sudah berlangsung selama beberapa bulan, dengan kedua belah pihak saling melancarkan serangan lintas perbatasan.
Hizbullah menyatakan bahwa tindakan mereka bertujuan untuk memberikan tekanan pada Israel agar mengakhiri serangan militernya di Gaza, di mana lebih dari 41.000 orang telah tewas akibat perang yang sedang berlangsung.
Pada Kamis yang sama, militer Israel melancarkan dua gelombang serangan udara di kota-kota di Lebanon Selatan. Serangan tersebut menjadi yang paling intens dalam beberapa minggu terakhir. Sebagai balasan, Hizbullah melancarkan serangan target militer dan permukiman di wilayah Utara Israel pukul 18.30 waktu setempat, menjadikan serangan ini salah satu yang terbesar dalam hal skala.
Di hari yang sama, dua tentara Israel, termasuk seorang perwira, tewas dalam serangan di perbatasan utara. Menurut pernyataan militer Israel, perwira Nael Fwarsy tewas akibat serangan drone di Galilea Barat, sementara tentara Tomer Keren tewas dalam serangan misil anti-tank di Gunung Rameh, wilayah Galilea Atas. (Nithania Septianingsih)