Antisipasi Risiko Gagal Panen, BMKG Gencarkan Sekolah Lapang Iklim

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati. Dok Biro Pers Sekretariat Presiden

Antisipasi Risiko Gagal Panen, BMKG Gencarkan Sekolah Lapang Iklim

Ficky Ramadhan • 24 September 2025 13:19

Jakarta: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menegaskan perlunya langkah mitigasi untuk menghadapi ancaman perubahan iklim yang kian nyata. Salah satunya dengan menggencarkan Sekolah Lapang Iklim (SLI), program yang membekali petani dengan pengetahuan dan pendampingan agar siap beradaptasi.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengungkapkan pada 2024, tercatat sebagai tahun terpanas, dengan suhu rata-rata global mencapai 1,55 derajat celsius, di atas suhu era pra-industri (1850-1900). Anomali tersebut melampaui ambang (1,5 derajat celsius) yang telah ditetapkan pada 2015 dalam perjanjian Paris. Menurut dia, fakta ini adalah alarm keras bagi seluruh umat manusia.

"Di Indonesia, tahun 2024 juga tercatat sebagai tahun terpanas sejak pengamatan tahun 1981, dengan suhu rata-rata 27,5 derajat celsius dan anomali 0,8 derajat celsius terhadap normal 1991-2020," kata Dwikorita dalam keterangannya, Rabu, 24 September 2025.

Dwikorita mengatakan kondisi bumi akibat perubahan iklim cukup mengkhawatirkan. Tidak hanya bencana yang secara intensitas dan durasi semakin bertambah, namun krisis air yang juga berimbas pada berbagai sektor kehidupan.

Salah satunya yang terdampak adalah sektor pertanian dimana Food and Agriculture Organization (FAO) memprediksi dunia akan mengalami ancaman krisis pangan pada 2050 mendatang, apabila kita tidak berhasil mengendalikan kecepatan kenaikan suhu permukaan bumi atau memitigasi perubahan iklim tersebut.

"Kondisi ini dipicu kombinasi pemanasan global akibat emisi gas rumah kaca serta anomali iklim regional. Situasi ini menjadi tantangan serius bagi sektor pertanian yang sangat rentan terhadap iklim,” ujar Dwikorita.


BMKG terus menggelar SLI di berbagai daerah di Indonesia. Melalui SLI, BMKG tidak hanya memberikan edukasi, tetapi juga langkah aksi adaptasi strategis. Petani diajarkan membaca dan memahami prediksi iklim, menyesuaikan pola tanam, memilih varietas sesuai kondisi musim, hingga mengoptimalkan teknik pemanenan air hujan.

"Dengan begitu, risiko gagal panen dapat ditekan. Karena perubahan iklim, saat ini titi mongso menjadi tidak relevan. Padahal petani di Indonesia terbiasa dengan titi mongso," ujar Dwikorita.



Dwikorita mengatakan SLI juga merupakan bentuk kontribusi BMKG terhadap program prioritas nasional Asta Cita yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto. Khususnya, dalam mencapai swasembada pangan, energi, dan air serta memperkuat pembangunan sumber daya manusia.

"Sekolah Lapang Iklim adalah jembatan antara data iklim dan strategi pertanian. Ini adalah aksi nyata BMKG untuk mendukung ketahanan pangan nasional di tengah tantangan perubahan iklim," ujar Dwikorita.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Achmad Zulfikar Fazli)