Warga Palestina sering mengungsi dari satu tempat ke tempat lain di tengah perang Israel-Hamas di Jalur Gaza. (Anadolu Agency)
Hamilton: Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan hampir 400.000 warga Palestina mengungsi di Jalur Gaza setelah Israel melanjutkan serangan militer pascaruntuhnya kesepakatan gencatan senjata. Juru Bicara PBB, Stephane Dujarric, menyampaikan hal ini dalam konferensi pers pada Senin, 7 April 2025.
"Kami memperkirakan 18 persen populasi Gaza atau sekitar 400.000 orang telah mengungsi kembali sejak gencatan senjata runtuh," kata Dujarric, dikutip dari Anadolu Agency, Senin, 7 April 2025.
Ia mengatakan tidak ada pengaturan keselamatan bagi warga sipil yang seharusnya menjadi tanggung jawab Israel sebagai kekuatan pendudukan.
Kondisi kemanusiaan yang semakin memburuk
Dujarric menggambarkan situasi di Gaza sebagai krisis kemanusiaan yang mencapai titik kritis. "Warga Gaza termasuk banyak anak-anak terbunuh, terluka, dan cacat seumur hidup," ujarnya.
Para pengungsi dipaksa berpindah-pindah ke wilayah yang semakin sempit tanpa akses kebutuhan dasar.
Upaya bantuan kumanusiaan juga menghadapi kendala besar. Semua upaya memasok komoditas penting melalui penyeberangan perbatasan telah ditolak selama lebih dari sebulan. "Kami tidak bisa mempertahankan operasi bantuan dalam kondisi ini," tegas Dujarric.
Respons internasional dan tuduhan kejahatan perang
PBB menyerukan penyelidikan independen atas insiden pembunuhan paramedis yang terekam video baru-baru ini. Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, disebut "terkejut" dengan gambar-gambar tersebut.
Pengadilan Pidana Internasional sebelumnya telah mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional terkait operasi militernya di Gaza sejak Oktober 2023. (
Muhammad Adyatma Damardjati)
Baca juga:
UNRWA: 142.000 Warga Gaza Mengungsi Sejak Runtuhnya Gencatan Senjata