Cut Nyak Meutia: Api Perjuangan Perempuan Aceh yang Tak Pernah Padam

Cut Nyak Meutia, Srikandi Tanah Rencong.

Cut Nyak Meutia: Api Perjuangan Perempuan Aceh yang Tak Pernah Padam

Fajri Fatmawati • 4 November 2025 21:35

Aceh: Di tengah rimbunnya hutan Aceh pada Oktober 1910, tiga peluru Belanda mengakhiri perjalanan hidup seorang perempuan perkasa. Ia adalah Cut Nyak Meutia, Srikandi Tanah Rencong yang memilih mengangkat senjata demi harga diri bangsa, dan meninggal sebagai syahidah di medan tempur.

Namun kematiannya bukanlah akhir. Semangatnya tetap hidup, menjadi inspirasi keberanian bagi generasi setelahnya

Lahir pada 1870 di Keureutoe, Pirak, Aceh Utara, Cut Nyak Meutia adalah putri dari pasangan Uleebalang Teuku Ben Daud Pirak dan Cut Jah. Sebagai satu-satunya anak perempuan dari empat bersaudara, jiwa kepemimpinan dan keberanian telah ditempanya sejak kecil.

Perjalanan perjuangannya dimulai bersama suami pertamanya, Teuku Muhammad atau Teuku Cik Tunong, yang gigih memimpin perlawanan melawan penjajah Belanda. Namun, pada Maret 1905, Teuku Cik Tunong ditangkap dan dihukum mati di Pantai Lhokseumawe.



Rumah asli Cut Meutia. (TMII)

Sebelum gugur, ia meminta sahabatnya Pang Nanggroe untuk menikahi Cut Nyak Meutia dan menjaga anak mereka, Teuku Raja Sabi. Wasiat itu dipenuhi, dan perjuangan berlanjut. Nasib kembali menguji. Pada 26 September 1910, Pang Nanggroe gugur dalam pertempuran di Paya Cicem. Namun duka itu tidak mematahkan semangat Cut Nyak Meutia. Ia berdiri di garis depan, memimpin pasukan, merebut pos-pos Belanda, dan bergerak lincah melalui hutan Aceh hingga wilayah Gayo.

Setiap langkahnya adalah simbol keberanian seorang ibu, istri, sekaligus pejuang bangsa.

Gugur di Medan Perlawanan

Pada 24 Oktober 1910, di Alue Kurieng, pasukan Cut Nyak Meutia kembali bentrok dengan Korps Marechausée Belanda. Hanya tersisa beberapa peluru di tangannya, namun ia memilih terus bertarung.

Ia gugur setelah tubuhnya ditembus tiga peluru musuh. Sebelum wafat, ia menitipkan putranya kepada Teuku Syech Buwah. Cut Nyak Meutia dimakamkan di tempat ia gugur, Alue Kurieng.

Masjid Cut Meutia di Jakarta. (Foto: Laman resmi Masjid Cut Meutia)

Atas jasanya, pemerintah Indonesia menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional melalui Keppres No. 107/1964. Namanya diabadikan dalam berbagai simbol kehormatan:
  • RSUD Cut Meutia, Aceh Utara
  • Museum Rumah Cut Meutia
  • Kereta Api Cut Meutia
  • Masjid Cut Meutia di Jakarta
  • Wajah pada uang kertas Rp1.000 (emisi 2016)
Cut Nyak Meutia bukan hanya tokoh sejarah, ia adalah cermin bahwa perjuangan dan keteguhan perempuan mampu mengguncang tirani.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Lukman Diah Sari)