Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi bersama sejumlah siswa diberikan pendidikan khusus. Dok. IG Dedi Mulyadi
Jakarta: Di tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap maraknya aksi tawuran, geng motor, hingga kenakalan remaja lainnya, Pemerintah Provinsi Jawa Barat menempuh langkah taktis dan konkret.
Alih-alih hanya mengandalkan imbauan dan seminar motivasi, mereka memilih pendekatan berbeda—yakni mengirim siswa bermasalah ke barak militer untuk mendapatkan pendidikan karakter secara intensif.
Program ini digagas langsung oleh Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi dan kini mulai menunjukkan hasil. Ratusan siswa dari berbagai daerah di Jabar telah menyelesaikan masa pembinaan di Resimen Induk Daerah Militer (Rindam) III Siliwangi, Lembang, dan Markas Resimen Armed 1/ Sthira Yudha di Purwakarta. Mereka bukan hanya didisiplinkan secara fisik, tetapi juga dibentuk secara emosional dan moral.
“Tidak akan pernah ada sempurna pasti ada kekurangan, tetapi memulai jauh lebih baik dibanding kita hanya bermimpi dengan wacana dan kajian akademis yang tidak pernah berakhir, untuk itu saya mohon maaf atas berbagai kekurangan yang kami miliki dan seluruh kekurangan itu akan terus kami sempurnakan,” kata Dedi, Rabu, 21 Mei 2025.
Meskipun sempat menuai kritik dan kekhawatiran dari sebagian kalangan, pendekatan ini justru mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), Seto Mulyadi atau yang akrab disapa Kak Seto. Ia menyebut bahwa pendidikan nonformal seperti ini bisa menjadi pelengkap yang kuat bagi pendidikan formal di sekolah.
Ia berharap langkah ini bisa menjadi contoh konkret bagi daerah lain dalam menangani persoalan kenakalan remaja yang kian kompleks.
Program yang awalnya banyak menuai kritik ini kini mulai dilirik oleh daerah lain. Salah satunya Kabupaten Tangerang yang secara terbuka mengkaji penerapan pola serupa.
Berikut lima dampak positif dari program barak militer ala Jawa Barat yang mulai dilirik daerah lain:
1. Transformasi Karakter Remaja Secara Nyata
Selama 18 hari masa pelatihan, para siswa menjalani pendidikan disiplin, tanggung jawab, dan bela negara. Hasilnya terlihat jelas—para siswa menjadi lebih tertib, komunikatif, dan menunjukkan penyesalan atas perilaku mereka sebelumnya.
Salah satu bentuk perubahan konkret terlihat saat upacara perpisahan, di mana mereka bertugas sebagai pengibar bendera dan pembaca naskah Pancasila dan UUD 1945.
“Saya pikir nanti akan lahir anak-anak hebat dari Jawa Barat,” kata Dedi Mulyadi dengan penuh haru.
Baca juga:
Pemutihan Pajak Kendaraan Ala Dedi Mulyadi Perlu Diperluas ke Seluruh Indonesia, Ini Manfaatnya
2. Solusi Taktis di Tengah Lonjakan Kenakalan Remaja
Berbeda dari pendekatan normatif seperti imbauan, ceramah, atau sanksi ringan, program ini hadir sebagai solusi taktis yang langsung menyasar akar masalah. Pelajar yang sebelumnya terlibat tawuran, bolos, hingga terlibat dalam kelompok motor liar, dibina langsung di lingkungan yang mengedepankan kedisiplinan.
“Program ini kan angkatan pertama. Setelah itu mereka melewati pendidikan nanti dua mingguan selama setahun,” ungkap Dedi.
3. Pemulihan Hubungan Orang Tua dan Anak
Momen pertemuan kembali para siswa dengan orang tuanya menjadi titik balik emosional. Banyak yang bersujud, menangis, dan memeluk orang tuanya dengan haru. Dedi Mulyadi bahkan menyebut, program ini juga membangun kembali jembatan rasa antara negara dan rakyat.
“Ya gimana, ini kan urusannya urusan rasa ya, urusan hati, urusan cinta... jadi membangun hubungan negara dengan rakyat itu urusan rasa, bukan administrasi kenegaraan,” ujarnya.
4. Didukung Kak Seto, Pendidikan Nonformal Jadi Penguat
Ketua LPAI, Kak Seto, memberikan dukungan penuh terhadap program ini. Ia menilai pendidikan nonformal seperti yang dilakukan di barak militer sangat penting untuk melengkapi sistem pendidikan nasional.
“Pendidikan nonformal baik untuk melengkapi pendidikan formal kepada anak-anak,” ujar Kak Seto, Selasa, 20 Mei 2025.
Kak Seto bahkan menyatakan bahwa program pendidikan karakter semacam ini dapat menjadi inspirasi untuk daerah lain di luar Jawa Barat.
“Sekali lagi, ini salah satu cara pendidikan nonformal untuk melengkapi pendidikan formal dan informal dalam keluarga... bukan hanya iptek, tapi ada etika, estetika, kesehatan, nasionalisme,” ujarnya.
5. Inspirasi Nasional: Daerah Lain Mulai Melirik
Langkah Jawa Barat tidak berhenti di internal provinsi. Program ini kini mulai dilirik oleh daerah lain seperti Tangerang dan dinilai layak untuk diperluas secara nasional.
Pendekatan ini bisa menjadi titik balik untuk membenahi sistem pendidikan karakter di Indonesia yang kerap terjebak pada pendekatan yang terlalu teoritis.
"Untuk pendekatan masukkan ke barak militer, kita belum sampai saat ini. Karena memang kami harus melakukan kajian yang matang dulu. Jangan sampai nanti pendidikan yang diinginkan niatnya baik, hasilnya kurang baik," kata Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang, Dadan Gandana, Rabu, 14 Mei 2025.
Program barak militer untuk siswa bermasalah yang dipelopori Jawa Barat adalah bentuk intervensi nyata yang tak hanya mengubah perilaku anak-anak, tapi juga membangun ikatan emosional baru antara negara dan warganya.
Saat banyak pihak masih berkutat dengan kajian dan diskusi, Jabar telah memulai langkah. Kini, tinggal menunggu apakah daerah lain berani menyusul dengan aksi serupa.