Ilustrasi emas. Foto: Pixabay
Husen Miftahudin • 23 October 2025 19:10
Jakarta:
Harga emas di pasar global terus menunjukkan fluktuasi yang menarik perhatian para investor. Logam mulia ini dikenal sebagai salah satu instrumen investasi populer, namun nilainya dapat naik dan turun secara dinamis dalam waktu singkat. Bagi investor, terutama pemula, fluktuasi harga emas menjadi salah satu hal yang perlu dipelajari secara mendalam.
Memahami faktor-faktor fundamental yang memengaruhi pergerakan harga emas sangat krusial untuk mengambil keputusan investasi. Emas sering dianggap sebagai aset "safe-haven" atau lindung nilai. Investor cenderung memburu emas ketika terjadi ketidakpastian ekonomi atau gejolak politik global, namun akan melepasnya saat kondisi membaik.
Faktor pendorong kenaikan harga emas
Secara umum, harga emas akan terdorong naik ketika terjadi peningkatan risiko di pasar global atau terjadi pelemahan pada instrumen investasi lainnya. Kondisi ini membuat investor mengalihkan asetnya ke logam mulia yang dianggap lebih aman.
Berikut adalah beberapa pendorong utama kenaikan harga emas:
- Ketidakpastian ekonomi dan geopolitik: Ketika terjadi krisis, resesi, atau konflik politik internasional yang memanas, investor mencari aset aman. Emas menjadi pilihan utama karena nilainya yang dianggap stabil saat aset lain berjatuhan.
- Tingkat inflasi yang tinggi: Emas secara historis berfungsi efektif sebagai pelindung terhadap inflasi. Saat nilai mata uang fiat (seperti Rupiah atau Dolar) tergerus oleh kenaikan harga barang, emas cenderung mempertahankan daya belinya.
- Pelemahan nilai tukar dolar AS: Harga emas global dipatok dalam dolar AS (USD). Jika nilai USD melemah terhadap mata uang lain, harga emas menjadi lebih murah bagi investor di luar AS, sehingga permintaan global meningkat dan harga terkerek naik.
- Kebijakan suku bunga rendah: Bank sentral, seperti The Fed di AS, yang menetapkan suku bunga acuan rendah membuat imbal hasil aset berbunga (seperti obligasi atau deposito) menjadi tidak menarik. Investor lantas mengalihkan dananya ke emas meskipun emas tidak memberikan bunga (non-yielding asset).
(Ilustrasi pergerakan harga emas. Foto: dok Bappebti)
Faktor penyebab penurunan harga emas
Sebaliknya, harga emas juga dapat mengalami tekanan hingga turun signifikan. Penyebab harga emas turun sebenarnya tidak lepas dari kondisi yang terjadi di pasar global, terutama ketika stabilitas ekonomi mulai terlihat.
Fenomena penurunan harga emas ini disebabkan oleh berbagai faktor yang berlawanan dengan kenaikannya. Berikut adalah beberapa penyebab utama harga emas turun:
- Kenaikan suku bunga acuan: Kebijakan bank sentral, terutama The Fed AS, yang menaikkan suku bunga acuan sangat berpengaruh. Kenaikan suku bunga membuat instrumen investasi lain seperti obligasi atau dolar AS menawarkan imbal hasil yang lebih menarik, sehingga investor melepas emas untuk beralih ke aset tersebut.
- Menguatnya nilai tukar dolar AS: Penguatan USD membuat harga emas menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Hal tersebut dapat menekan permintaan global dan akhirnya menurunkan harganya di pasar.
- Pemulihan ekonomi global: Saat kondisi perekonomian global pulih dan stabil, optimisme pasar pun membaik. Situasi ini dimanfaatkan investor untuk mengurangi kebutuhan terhadap emas dan beralih pada instrumen berisiko tinggi (high risk), seperti saham dan properti.
- Penjualan cadangan emas oleh bank sentral: Jika bank sentral memutuskan untuk menjual cadangan emas yang dimilikinya dalam jumlah besar, pasokan (supply) emas di pasar akan melimpah. Peningkatan pasokan yang melebihi permintaan inilah yang menekan harga emas ke bawah.
- Menurunnya permintaan fisik: Emas tidak hanya untuk investasi, tetapi juga bahan baku penting di industri perhiasan dan elektronik. Jika permintaan dari kedua sektor ini menurun, misalnya karena perlambatan industri atau penemuan bahan alternatif, harga emas juga bisa ikut terkoreksi.
Fenomena ambil untung (profit taking)
Terkadang, investor bingung mengapa harga emas bisa turun drastis justru setelah mengalami kenaikan pesat. Fenomena ini lumrah terjadi dan dikenal sebagai profit taking atau aksi ambil untung.
Ketika harga melonjak tinggi dalam waktu singkat, banyak investor memutuskan untuk "mencairkan" keuntungan mereka dengan menjual emas yang dimiliki. Aksi penjualan massal inilah yang secara tiba-tiba meningkatkan pasokan di pasar dan menyebabkan harga terkoreksi atau anjlok sementara.
Meskipun harga emas mengalami fluktuasi jangka pendek, investasi emas masih dianggap menguntungkan untuk tujuan jangka panjang. Terlepas dari fluktuasi tersebut, nilainya dari waktu ke waktu tetaplah stabil dan cenderung meningkat.
Hal terpenting bagi investor adalah rutin memantau pergerakan harga dan kondisi ekonomi global. Dengan pemahaman yang baik, investor dapat memanfaatkan setiap peluang yang ada untuk berinvestasi secara bijak. (Daffa Yazid Fadhlan)