Trump Diperkirakan Menang, Rupiah Lesu

Trump Diperkirakan Menang, Rupiah Lesu

Annisa ayu artanti • 6 November 2024 16:24

Jakarta: Nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) imbas perkiraan Donald Trump yang akan memenangkan pemilihan presiden AS.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan mata uang rupiah ditutup melemah 84 poin menjadi Rp.15.832 per USD sore ini.

Dolar AS menguat seiring peluang Donald Trump memenangkan pemilu AS 2024 semakin nyata. Trump sudah meraih 277 dari 270 electoral vote yang dibutuhkan untuk menang.

"Mata uang rupiah melemah 84 poin. Pasar bersiap untuk masa jabatan kedua Trump yang mengungguli Kamala Haris dalam Pilpres AS 2024," ujar Ibrahim dalam keterangan resmi, dilansir Media Indonesia, Rabu, 6 November 2024.

Ia menuturkan ke depan ada potensi AS mempertahankan suku bunga tetap tinggi dan dolar tetap kuat di tahun-tahun mendatang serta kembali melonjaknya imbal hasil treasury.


Dalam Pilpres AS, penghitungan suara awal menunjukkan Trump unggul dengan 230 suara elektoral, sementara Harris unggul di 192 suara. Associated Press juga menyatakan Trump telah memenangkan North Carolina, negara bagian medan pertempuran utama, dan unggul di negara bagian lain yang menjadi penentu, termasuk Arizona, Pennsylvania, Wisconsin, dan Michigan.
 
Baca juga: 

Dibuka Melemah, Rupiah Bisa Tembus Rp15.800/USD



Calon presiden dari Partai Republik Donald Trump. (EPA)
 

Trump diperkirakan akan memberlakukan lebih banyak kebijakan inflasi


Trump secara luas diperkirakan akan memberlakukan lebih banyak kebijakan inflasi, mengingat pendiriannya tentang perdagangan proteksionis dan imigrasi. Skenario seperti itu diperkirakan akan membuat suku bunga relatif lebih tinggi dalam jangka panjang.

Selain itu, prospek kemenangan Trump menghadirkan lebih banyak tekanan ekonomi pada Tiongkok. Trump telah berjanji untuk mengenakan tarif perdagangan yang tinggi pada Tiongkok, yang menandakan lebih banyak tekanan ekonomi pada negara itu saat bergulat dengan deflasi yang terus-menerus dan penurunan pasar properti yang berkepanjangan.


Penguatan dolar AS, kata Ibrahim, disebabkan juga oleh penantian penurunan suku bunga AS sebesar 25 basis poin dalam waktu dekat. Sedangkan di dalam negeri, faktor pelemahan rupiah dikatakan tak lepas dari melandasinya konsumsi rumah tangga Indonesia.

Hal ini menjadi permulaan yang kurang baik bagi Presiden Prabowo Subianto di awal masa pemerintahannya. Terlebih, konsumsi adalah mesin utama penggerak pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Annisa Ayu)