Awal Pekan, Rupiah Dibuka Turun Tipis 0,05%

Ilustrasi rupiah. Foto: dok MI/Rommy Pujianto.

Awal Pekan, Rupiah Dibuka Turun Tipis 0,05%

Husen Miftahudin • 22 January 2024 10:11

Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah kehilangan tajinya melawan keperkasaan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan awal pekan ini.

Mengutip data Bloomberg, Senin, 22 Januari 2024, rupiah hingga pukul 09.43 WIB berada di level Rp15.622 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun tipis tujuh poin atau setara 0,05 persen dari Rp15.615 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengatakan, klaim awal tunjangan pengangguran di AS turun 16 ribu menjadi 187 ribu yang disesuaikan secara musiman untuk pekan yang berakhir 13 Januari 2024, level terendah sejak September 2022. Angka ini lebih rendah dari ekspektasi para ekonom sebesar 207 ribu.

"Data penjualan ritel yang kuat dan serangkaian komentar yang cenderung hawkish dari pejabat The Fed minggu ini memicu meningkatnya keraguan bahwa The Fed akan mulai menurunkan suku bunganya pada Maret 2024," jelas Ibrahim.

Presiden Federal Reserve Atlanta Raphael Bostic mengatakan ia terbuka untuk menurunkan suku bunga AS lebih cepat dari kuartal ketiga yang ia antisipasi jika ada bukti yang meyakinkan dalam beberapa bulan mendatang inflasi turun lebih cepat dari perkiraannya.

Pedagang juga terlihat secara tajam mengurangi taruhan pada pemotongan suku bunga di Maret, menurut alat CME Fedwatch. Para pedagang sekarang memperkirakan peluang sebesar 51,9 persen untuk pemotongan suku bunga di Maret 2024, turun tajam dari 68,3 persen yang terlihat pada minggu lalu.

Tanda-tanda ketahanan perekonomian AS baru-baru ini memberikan ruang bagi The Fed untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama.

"Bank juga kemungkinan besar tidak akan mengubah suku bunga sampai inflasi berada dalam target tahunan dua persen dengan pembacaan CPI Desember yang menunjukkan sedikit kemajuan," tutur dia.

Baca juga: Keraguan Penurunan Suku Bunga The Fed Dorong Penguatan Rupiah
 

Utang pemerintah naik


Adapun, utang pemerintah sampai 31 Desember 2023 ditutup di angka Rp8.144,69 triliun. Jumlah itu naik Rp103,68 triliun dibandingkan bulan sebelumnya yang senilai Rp 8.041,01 triliun.

Pertambahan utang itu membuat rasio utang pemerintah akhir 2023 menjadi 38,59 persen terhadap produk domestik bruto (PDB), naik dari bulan sebelumnya yang di level 38,11 persen. Namun turun dibandingkan akhir 2021 dan 2022.

Nilai rasio utang tersebut lebih rendah dibandingkan akhir 2022 (39,70 persen PDB) dan pada puncak pandemi covid-19 di 2021 (40,74 persen PDB).

Rasio utang ini masih di bawah batas aman 60 persen PDB sesuai UU Nomor 17/2023 tentang Keuangan Negara, serta lebih baik dari yang telah ditetapkan melalui Strategi Pengelolaan Utang Jangka Menengah 2023-2026 di kisaran 40 persen.

Utang pemerintah terdiri atas dua jenis yakni berbentuk surat berharga negara (SBN) dan pinjaman. Mayoritas utang pemerintah sampai Desember 2023 masih didominasi oleh instrumen SBN yakni 88,16 persen dan sisanya pinjaman 11,84 persen.

Secara rinci, jumlah utang pemerintah dalam bentuk SBN sebesar Rp7.180,71 triliun. Terdiri dari SBN domestik sebesar Rp5.808,13 triliun yang berasal dari Surat Utang Negara Rp4.700,60 triliun dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) sebesar Rp1.107,53 triliun.

Per akhir Desember 2023, profil jatuh tempo utang Pemerintah Indonesia disebut terhitung cukup aman dengan rata-rata tertimbang jatuh tempo (average time maturity/ATM) di kisaran delapan tahun.

Sedangkan, pemerintah mengutamakan pengadaan utang dengan tenor menengah-panjang dan melakukan pengelolaan portofolio utang secara aktif.

Melihat berbagai perkembangan tersebut, Ibrahim memprediksi rupiah pada perdagangan hari ini akan bergerak secara fluktuatif meskipun kemungkinan besar akan mengalami penguatan tipis.

"Untuk perdagangan Senin, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat tipis di rentang Rp15.590 per USD hingga Rp15.650 per USD," tutup Ibrahim.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)