Negara ASEAN Didorong Berkolaborasi Kembangkan Ekosistem Baterai Kendaraan Listrik

Ilustrasi baterai mobil listrik. Foto: Dokumen Honda

Negara ASEAN Didorong Berkolaborasi Kembangkan Ekosistem Baterai Kendaraan Listrik

Andhika Prasetyo • 26 August 2024 12:47

Jakarta: Negara-negara ASEAN didorong untuk berkolaborasi mengembangkan industri kendaraan listrik. Pasalnya, penggunaan kendaraan listrik (electric vehicle/EV) terus mengalami peningkatan yang signifikan.
 
Tren ini menyebabkan adanya hal-hal yang harus diperhatikan seperti pengamanan pasokan bahan baku sebagai komponen pembentuk baterai. Adapun peningkatan produksi baterai EV diproyeksikan mencapai 8,8 ribu GWh pada 2040 atau meningkat sebesar 19 persen.
 
Direktur Hubungan Kelembagaan Indonesia Battery Corporation (IBC) Reynaldi Istanto menyatakan itu adalah potensi regional yang dapat dikembangkan bersama melalui kolaborasi yang secara signifikan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan inovasi teknologi, serta berkontribusi pada transisi global menuju solusi energi yang berkelanjutan.
 
"Kita harus punya fokus keberlanjutan yang diperhatikan untuk mendukung implementasi kerja sama regional," ujar Reynaldi dilansir Media Indonesia, Senin, 26 Agustus 2024.
 
Baca juga: 

Dicontek Banyak Negara, Luhut: Pembangunan Ekosistem Kendaraan Listrik Harus Konsisten

 
Setidaknya, ia menyebut tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu pertama fokus pada pengembangan berdasarkan potensi terkuat ASEAN yaitu bahan baterai berbasis nikel.

Kedua, fokus pada pengembangan hilirisasi bahan baku dan produksi bersama bahan baterai lainnya.
 
Ketiga, fokus pada pengembangan industri baterai terintegrasi mulai dari penambangan, peleburan/pemurnian, PCAM, baterai, hingga fasilitas manufaktur EV.

Sejalan dengan hal tersebut, Indonesia memiliki komitmen kuat untuk mengembangkan proses produksi industri baterai yang terintegrasi, dari hulu ke hilir, untuk nikel dan pengolahan material baterai penting lainnya.

IBC jadi pemain kunci pengolahan hilir bahan baku baterai

Oleh karena itu, Indonesia Battery Corporation (IBC) didirikan pada 2021 untuk menjadi pemain kunci pada pengolahan hilir bahan baku baterai, dimulai dengan nikel yang kemudian akan merambah ke pengolahan material lainnya seperti mangan dan kobalt.

Posisi IBC pada 2030 diproyeksikan menjadi perusahaan yang bergerak pada ekosistem EV dan baterai global.

Pengembangan proyek-proyek IBC juga mencakup inisiatif untuk menciptakan dan mempercepat adopsi kendaraan listrik (EV) dan sistem penyimpanan energi (ESS), memastikan pasar Indonesia dapat menyerap kegiatan hilirisasi yang dihasilkan dari sumber daya bahan baku.

"Untuk membangun ekosistem rantai terintegrasi ini, IBC telah membentuk berbagai kolaborasi dengan mitra global dan tetap terbuka untuk kemitraan lebih lanjut dengan pemain ASEAN. Kolaborasi ini sangat penting untuk memperkuat ekosistem EV regional," tutur dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Annisa Ayu)