Rupiah Senin Pagi Menguat ke Rp15.435/USD

Ilustrasi. Foto: dok MI.

Rupiah Senin Pagi Menguat ke Rp15.435/USD

Husen Miftahudin • 4 December 2023 09:48

Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan awal pekan ini mengalami penguatan.
 
Mengutip data Bloomberg, Senin, 4 Desember 2023, rupiah hingga pukul 09.30 WIB berada di level Rp15.435 per USD. Mata uang Garuda tersebut naik 50 poin atau setara 0,32 persen dari Rp15.485 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah berada di level Rp15.429 per USD, juga naik 50 poin atau setara 0,32 persen dari Rp15.479 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah hari ini akan bergerak secara fluktuatif. Meski demikian rupiah kemungkinan besar akan mengalami pelemahan.
 
"Untuk perdagangan Senin, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.450 per USD hingga Rp15.520 per USD," jelas Ibrahim.

Baca juga: Dolar AS Menguat Meski Inflasi AS Melambat
 

Kenaikan PMI manufaktur

 
Diketahui, S&P Global mencatat Purchasing Manager's Index (PMI) Manufaktur Indonesia menguat ke level 51,7 pada November 2023, atau meningkat 0,2 poin dari 51,5 pada Oktober 2023.
 
Economics Associate Director S&P Global Market Intelligence Jingyi Pan menyebut, posisi tersebut menunjukkan kenaikan lebih cepat pada kondisi sektor manufaktur. Kenaikan PMI ini pun langsung direspons positif oleh para pelaku pasar keuangan.
 
Data PMI November menunjukkan sektor manufaktur Indonesia terus berekspansi, meski data headline terkini 51,7 masih di bawah rata-rata kuartal III-2023, yaitu 53,2. Sedangkan tingkat kepercayaan bisnis naik dibandingkan bulan sebelumnya. Namun, masih di bawah rata-rata jangka panjang. 
 
Menurut S&P Global, pesanan baru yang akan datang untuk barang produksi Indonesia kembali naik pada November 2023. Hal ini didukung oleh perbaikan kondisi permintaan dan ekspansi basis pelanggan.
 
Kendati demikian, S&P Global mencatat tingkat pertumbuhan merupakan yang paling lambat pada periode enam bulan saat ini dan tergolong sedang secara umum, yang dipicu oleh menurunnya permintaan asing pada bulan ini.
 
Pan menilai sangat penting untuk mengamati tanda-tanda perlambatan, meski perusahaan manufaktur tampaknya optimistis kondisi akan membaik pada bulan-bulan mendatang. Namun kabar baiknya, pertumbuhan output mengalami percepatan, di mana sebagian ditopang oleh perbaikan pada jumat tenaga kerja.
 
Sementara tekanan harga semakin intensif, tingkat inflasi biaya input dan harga output masih belum melampaui rata-rata masing-masing. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa tekanan inflasi secara umum menurun.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)