Ilustrasi. Foto: Freepik.
Husen Miftahudin • 19 November 2024 11:46
Jakarta: Harga emas (XAU/USD) kembali menunjukkan pergerakan positif setelah berhasil menembus level USD2.600 per ons pada perdagangan Senin (18/11).
Analis Dupoin Indonesia Andy Nugraha menjelaskan kenaikan harga ini dipicu oleh kekhawatiran terhadap meningkatnya ketegangan geopolitik, terutama konflik di Timur Tengah dan Eropa Timur, serta pelemahan dolar AS (USD).
"Namun, ekspektasi terhadap kebijakan Federal Reserve (The Fed) yang tidak terlalu dovish menjadi faktor penghambat untuk kenaikan lebih lanjut," jelas Nugraha dikutip dari analisis hariannya, Selasa, 19 November 2024.
Ketegangan geopolitik semakin memanas dengan serangan Rusia di Kota Sumy yang menewaskan sedikitnya delapan orang, serta operasi militer Israel di Gaza dan Lebanon. Situasi ini mendorong permintaan terhadap emas sebagai aset safe haven.
Di sisi lain, pasar juga memperhatikan pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell yang menegaskan tidak perlu terburu-buru dalam memangkas suku bunga meski inflasi masih di atas target dua persen.
Nugraha menilai faktor geopolitik ini akan terus memberikan dukungan pada harga emas. Meski demikian, spekulasi tentang penurunan suku bunga The Fed yang tidak terlalu agresif dan kenaikan imbal hasil obligasi AS tetap menjadi tantangan bagi emas untuk melanjutkan penguatannya.
Harga emas bisa sentuh USD2.655
Berdasarkan indikator teknikal, tren
bullish semakin menguat pada XAU/USD. Analisis Moving Average menunjukkan potensi kenaikan hari ini cukup signifikan. Andy memproyeksikan harga emas dapat mencapai level USD2.655 sebagai target terdekat jika momentum bullish terus terjaga. Namun, jika terjadi pembalikan arah (
reversal), harga berpotensi turun menuju level USD2.582.
Pergerakan emas pada Selasa (19/11), juga menunjukkan ketahanan di atas level USD2.615, meskipun harga emas mencatat penurunan mingguan terbesar sejak September 2023 pekan lalu akibat
rally kuat dolar AS. Saat ini, emas diperdagangkan dengan dukungan dari pelemahan USD, tetapi kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun membatasi ruang gerak logam mulia ini.
(Ilustrasi pergerakan harga emas. Foto: dok Bappebti)
Sentimen investor saat ini beragam. Di satu sisi, ketidakpastian geopolitik meningkatkan daya tarik emas sebagai aset safe haven. Namun, di sisi lain, imbal hasil obligasi AS yang tinggi terus mendukung USD, yang pada gilirannya menekan harga emas.
Para pelaku pasar juga mencermati kemungkinan penurunan
suku bunga The Fed pada Desember, meskipun beberapa pejabat, seperti Susan Collins dan Austan Goolsbee, menyatakan langkah tersebut masih dalam tahap pertimbangan.
"Secara keseluruhan, harga emas hari ini berada dalam tekanan fundamental yang kompleks, emas akan terus dipengaruhi oleh perkembangan geopolitik global, kebijakan The Fed, serta pergerakan dolar AS dan imbal hasil obligasi. Namun, harga emas hari ini masih diperkirakan bergerak dalam tren bullish yang masih mendominasi," papar Nugraha.