Perluas Area Penelitian, Para Ahli Usulkan Pendekatan Baru di Situs Patiayam

Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat (Rerie). Foto: Istimewa.

Perluas Area Penelitian, Para Ahli Usulkan Pendekatan Baru di Situs Patiayam

Whisnu Mardiansyah • 23 November 2025 18:31

Jepara: Langkah lanjutan pascaekskavasi Situs Patiayam yang membentang di Kudus dan Pati, Jawa Tengah, mendesak untuk dirumuskan secara kolektif. Hal ini menjadi bagian dari upaya pengembangan dan pelestarian kawasan situs purbakala tersebut dari ancaman alam dan ketidakpedulian masyarakat. Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat, menekankan pentingnya langkah nyata semua pihak untuk menyikapi tantangan tersebut.

“Ancaman dari alam yang sering berubah secara ekstrem dan masyarakat yang tidak peduli terhadap pelestarian benda-benda bersejarah di situs Patiayam harus disikapi bersama dengan langkah nyata,” kata Lestari dalam keterangan tertulisnya, Minggu, 23 November 2025.

Pernyataan tersebut disampaikan secara daring dalam acara Forum Diskusi Aktual Berbangsa Bernegara (FDABB) bertajuk "Memahami Situs Patiayam dalam Konteks Prasejarah Indonesia", Sabtu, 22 November 2025 malam. Diskusi ini menghadirkan sejumlah pakar dari berbagai disiplin ilmu.
 


Situs yang Lengkap, Unik, dan Menjanjikan

Ketua Center for Prehistoric and Austronesian Studies (CPAS) Indonesia, Prof Truman Simanjuntak, mengungkapkan keistimewaan Situs Patiayam. Menurutnya, situs ini lengkap, unik, dan terisolasi dari situs hominid lainnya.

“Situs Patiayam ini khas, lengkap, dan kaya. Kawasan ini merupakan kekayaan bangsa yang tersembunyi,” ujar Truman Simanjuntak, Sabtu, 22 November 2025.

Truman menambahkan, potensi penggalian masih terbuka lebar, termasuk di lokasi dengan formasi batuan Slumprit yang diperkirakan berusia 800 ribu tahun. Ia menekankan pentingnya keamanan fosil, kerja sama dengan masyarakat, serta konsistensi pemberian tali asih dan sertifikat bagi penemu fosil.

Para ahli pun mengemukakan strategi untuk penelitian ke depan. Prof Francois Semah dari Muséum national d'Histoire Naturelle, Perancis, menilai temuan ekskavasi tiga tahun terakhir sangat menjanjikan.

“Kalau kita ketemu sungai di masa lalu, ada kemungkinan kita akan ketemu artefak batu, fosil, bahkan mungkin fosil manusia,” ujarnya.

Francois menyarankan ekskavasi tahap selanjutnya diarahkan ke lokasi yang mendekati muara sungai purba, menjauhi area yang terlalu dipengaruhi aktivitas gunung api. Sementara dari perspektif geologi, Prof Sri Mulyaningsih dari Universitas AKPRIND mengungkapkan bahwa aktivitas gunung berapi di sekitar Gunung Muria membentuk cekungan batuan bernama maar.

Diperkirakan ada 14 maar di sekitar Gunung Muria, seperti Rawa Gembong dan Waduk Logung, yang dahulunya merupakan danau dan menjadi tempat tinggal makhluk hidup. “Sehingga, saya mengusulkan agar penelitian lanjutan bisa diarahkan ke sekitar lokasi yang di masa lalu diduga merupakan maar tersebut,” ujarnya.

Pakar geologi lainnya, Prof. Sutikno Bronto, menambahkan perlunya perubahan paradigma penelitian. Tantangan ke depan adalah mengintegrasikan pendekatan geologi gunung api, yang belum terlalu familiar di kalangan peneliti arkeologi.

“Jadi ke depan tantangan penelitian di Patiayam dan Semenanjung Muria adalah bagaimana para peneliti bisa mendalami penelitian juga dari kaca mata geologi gunung api,” ujar Sutikno.

Perluasan area penelitian ini, menurut Sutikno, membawa konsekuensi logis. Wilayah kerja arkeologi tidak lagi hanya terpaku di Patiayam, tetapi meluas ke berbagai kawasan lain di Semenanjung Muria.

Dekan FIK Universitas Kristen Satya Wacana, Ferry Fredy Karwur, menyoroti masih lebarnya kesenjangan pemahaman antara ilmuwan dan masyarakat umum mengenai pentingnya Situs Patiayam.

“Kondisi ini peluang bagi situs Patiayam untuk menjadi bagian dari upaya untuk mempersempit gap tersebut,” ujar Ferry.

Ia menekankan pentingnya memikirkan model penataan ruang yang serius agar kepentingan sosial masyarakat dan pelestarian situs dapat berjalan beriringan. Ferry melihat potensi Situs Patiayam sebagai laboratorium lapangan yang dapat melahirkan ilmuwan-ilmuwan lokal di bidang arkeologi dan geologi.

Pada kesempatan yang sama, Pemerintah Kabupaten Kudus menyatakan komitmennya untuk mendukung pelestarian dan pengembangan Situs Patiayam. Bentuk dukungan ini antara lain penganggaran dana tali asih, pemberian sertifikat bagi penemu fosil, dan edukasi kepada masyarakat.

Lestari Moerdijat, yang akrab disapa Rerie, mendorong semua pihak terkait untuk segera mengidentifikasi tantangan dan peluang. Sebagai anggota Komisi X DPR RI, ia mengakui masih banyak pekerjaan rumah untuk mengembangkan Situs Patiayam.

Rerie berharap para pemangku kepentingan dan masyarakat dapat membangun kolaborasi kuat guna membuat perencanaan menyeluruh. Tujuannya, merealisasikan langkah tepat bagi pengembangan Situs Purbakala Patiayam di masa depan, menjadikannya warisan berharga yang tidak hanya terlindungi, tetapi juga hidup dan memberi manfaat bagi ilmu pengetahuan dan kesejahteraan masyarakat.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Whisnu M)