Ditanya Isu Kenaikan Tunjangan, Purbaya: Sekarang Saya Tidak Boleh Ceplas-Ceplos

Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa. Foto: Metrotvnews.com/Husen.

Ditanya Isu Kenaikan Tunjangan, Purbaya: Sekarang Saya Tidak Boleh Ceplas-Ceplos

Whisnu Mardiansyah • 28 October 2025 19:29

Jakarta: Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengaku kini harus lebih berhati-hati dalam menyampaikan pernyataan kepada publik. Ia menyatakan tidak bisa lagi berbicara secara spontan khususnya untuk membahas isu-isu yang bersifat sensitif.

“Katanya ngomongnya mesti gitu sekarang, enggak boleh ceplas-ceplos, nanti saya dimarahin, kira-kira gitu ya,” ujar Purbaya saat menanggapi pertanyaan wartawan mengenai kenaikan tunjangan kinerja (tukin) di Kementerian ESDM dan Kementerian Keuangan, Senin, 27 Oktober 2025.

Pernyataan santai Menteri Keuangan itu muncul setelah Menteri Investasi Bahlil Lahadalia menyebut adanya kenaikan tukin pegawai Kementerian ESDM hingga 100 persen. Namun, Purbaya mengaku belum menerima informasi resmi terkait hal tersebut.

“Kenaikan 100 persen atau menjadi 100 persen? Saya belum tahu. Kalau ada surat dari kementerian, ya kita ikut. Tapi saya belum tahu untuk ESDM seperti apa,” katanya.

Menurut Purbaya, anggaran untuk tunjangan kinerja sebenarnya sudah tersedia. Keputusan akhir mengenai kenaikannya masih menunggu arahan lebih lanjut dari pemerintah pusat. Terkait kemungkinan kenaikan tukin di lingkungan Kementerian Keuangan, Purbaya memberikan jawaban ringan.

 “Kita lihat saja nanti. Kalau untuk saya sih gaji sudah kegedean,” ujarnya.
 


Mantan Kepala Public Communication Office (PCO) yang kini menjabat Komisaris Pertamina, Hasan Nasbi, pernah menyoroti hal ini. Ia menilai gaya komunikasi pejabat yang terlalu reaktif dan ceplas-ceplos dapat melemahkan soliditas pemerintah.

“Kalau kita bicara dalam konteks pemerintah, sesama anggota kabinet enggak bisa baku tikam terus-terusan di depan umum. Karena itu akan melemahkan pemerintah,” ujar Hasan dalam sebuah video yang beredar beberapa waktu lalu.

Hasan juga berpendapat bahwa gaya komunikasi seperti "koboi" hanya akan memberi efek hiburan sesaat. Publik pada akhirnya akan menagih hasil kerja yang konkret, bukan sekadar pernyataan yang mencolok.

“Enggak tahu ya, mungkin tiba-tiba butuh hiburan. Tapi lagi-lagi itu yang saya bilang: setelah beberapa bulan nanti, yang ditagih itu bukan lagi pernyataan, yang ditagih itu nanti pasti hasil kerjaan,” katanya.

Ia mengingatkan, jika gaya komunikasi tidak solid ini terus berlanjut, publik akan memandangnya sebagai tanda ketidakharmonisan pemerintah. Padahal, soliditas internal pemerintah merupakan hal yang sangat penting untuk menjaga kepercayaan publik.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Whisnu M)