Ilustrasi telepon genggam. (Anadolu Agency)
Muhammad Reyhansyah • 5 November 2025 17:02
Brussels: Investigasi sejumlah media Eropa mengungkap bahwa ratusan juta data lokasi ponsel di Belgia, termasuk milik pegawai lembaga Uni Eropa, markas NATO, dan pangkalan militer, diperjualbelikan oleh perusahaan perantara data.
Laporan gabungan dari L’Echo, Le Monde, lembaga penyiaran publik Jerman BR dan ARD, Netzpolitik.org, serta BNR Nieuwsradio menemukan bahwa sejumlah aplikasi ponsel yang mengumpulkan data lokasi pengguna mengizinkan pihak ketiga menjual kembali informasi tersebut, meski secara resmi disebut sebagai data “anonim.”
Investigasi itu menunjukkan bahwa data yang dikumpulkan memungkinkan pelacakan akurat terhadap pergerakan individu termasuk lokasi rumah, tempat kerja, dan lokasi yang sering dikunjungi yang dapat menimbulkan risiko keamanan, terutama bagi mereka yang bekerja di lembaga sensitif.
Menurut laporan tersebut, sinyal ponsel terdeteksi di berbagai lokasi strategis seperti pembangkit listrik tenaga nuklir Doel dan Tihange, penjara dengan pengamanan tinggi, markas besar NATO di Brussel, dan Supreme Headquarters Allied Powers Europe (SHAPE) di Mons. Ponsel juga ditemukan di beberapa pangkalan militer Belgia, termasuk Kleine-Brogel, tempat senjata nuklir Amerika Serikat diyakini disimpan.
Seorang pejabat NATO mengatakan kepada harian L’Echo bahwa aliansi tersebut “sepenuhnya menyadari risiko umum yang ditimbulkan oleh pengumpulan data pihak ketiga” dan telah “menerapkan langkah-langkah untuk memitigasi risiko tersebut,” tanpa menjelaskan lebih lanjut. Namun, laporan itu mencatat lebih dari 1.000 ponsel terdeteksi di area NATO.
DIkutip dari Anadolu, Rabu, 5 November 2025, Engie, operator pembangkit nuklir Belgia, menegaskan bahwa perangkat yang terhubung tidak diizinkan di area teknis reaktor kecuali untuk keperluan profesional. Kementerian Pertahanan Belgia juga menambahkan bahwa penggunaan ponsel pintar dilarang di seluruh zona sensitif.
Data yang dianalisis oleh jurnalis dibeli dari broker yang mengumpulkannya melalui berbagai aplikasi seluler. Meski data tersebut dijual untuk tujuan pemasaran dan periklanan, para ahli memperingatkan bahwa penggabungan beberapa kumpulan data dapat mengarah pada identifikasi individu.
Para penyelidik bahkan berhasil mengidentifikasi sejumlah pejabat senior Eropa, termasuk tiga pejabat tinggi lembaga Uni Eropa, berdasarkan kecocokan antara lokasi rumah dan tempat kerja. Dua di antaranya mengonfirmasi keakuratan data tersebut namun menolak disebutkan namanya.
Komisi Eropa menyebut temuan itu “mengkhawatirkan” dan menyatakan keprihatinan atas praktik perdagangan data pribadi semacam ini.
Broker data dilaporkan menawarkan akses ke set data lokasi di Belgia dengan harga antara 24.000 hingga 60.000 dolar AS per tahun, mencakup hingga 700.000 ponsel yang dilacak setiap hari.
Para ahli menegaskan bahwa meskipun disebut “anonim,” data lokasi mudah diidentifikasi ulang. Penelitian menunjukkan bahwa hanya dengan dua titik referensi seperti rumah dan tempat kerja identitas seseorang dapat dikenali hingga 95 persen akurat.
Baca juga: Kebocoran Data Kembali Terjadi, Kerja Kominfo dan BSSN Dipertanyakan