Gedung DPR ilustrasi. Foto: Metrotvnews.com/Fachri Audhia Hafiez.
Jakarta: Komisi X DPR menyoroti polemik perubahan Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) IPB menjadi sekolah teknik. Dalam masa sidang berikutnya, DPR akan menanyakan hal ini kepada Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Brian Yuliarto.
"Masa Sidang IV DPR akan dimulai 23 Juni mendatang, dan seluruh mitra komisi X termasuk kemenditisaintek, tentu akan diundang untuk melakukan Raker ataupun RDPU," kata Ketua Komisi X DPR Hetifah Sjaifudian melalui keterangan tertulis, Selasa, 17 Juni 2025.
Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) memang tidak secara khusus atau spesifik membahas perubahan Fateta IPB. Namun, anggota dewan akan meminta Kemendiktisaintek terkait polemik tersebut.
Secara prinsip, kata dia, prinsip good university governance harus diterapkan. Prinsip ini mengedepankan transparansi, partisipasi, dan dialog dalam pengambilan keputusan strategis di perguruan tinggi.
"Perlu melihat lebih jauh, bahwa rencana kebijakan perubahan ini harus ditempatkan dalam kerangka besar pembangunan nasional, termasuk visi besar Asta Cita dalam memperkuat kedaulatan pangan dan membangun sektor pertanian modern berbasis ristek," tutur Hetifah.
Sementara itu, Pengamat Kebijakan Publik Agus Pambagio menilai apa yang disuarakan para alumni dan profesor senior Fateta tak boleh diabaikan. Perubahan harus berdasarkan filosofi yang kuat.
"Kalau transformasi kan kurikulumnya saja, bukan nama. Ini kan jadi persoalan berubah nama kan," ujar Agus.
Agus menilai perubahan
Fateta IPB menjadi sekolah teknik seharusnya cukup di level mata kuliah. Bukan secara mendasar hingga perubahan nama Fakultas yang sudah punya nama besar.
"Kalau emang mau transformasi ya mata kuliahnya. Itu sesuaikan atau bagaimana. Nah teknologi pertanian ini kan mengakar bahkan sampai ke petani, practical. Ini juga masuk dalam Asta Cita Presiden Prabowo: kemandirian pangan. Dan memang teknologi pertanian ini kan ciri khas IPB," tandas Agus.
Fateta dinilai dikerdilkan
Sebelumnya, di sela forum akademik di IPB International Convention Centre, Presiden International Union of Food Science and Technology, yang juga alumni senior Fateta IPB Aman Wirakartakusumah, menekankan peran krusial Fateta dalam pembangunan pertanian nasional yang berdaulat, berkelanjutan, dan berkeadilan.
Menurutnya, Fateta sejak awal dirancang sebagai hibrida keilmuan antara teknik, ilmu alam, manajemen, dan teknologi. Seluruhnya menjadi tulang punggung sistem pertanian modern dari hulu ke hilir. Dengan perubahan ini, Fateta cenderung dikerdilkan jika bertransformasi menjadi sekolah teknik.
"Tanpa teknologi, kita kehilangan jiwa pembangunan pangan. Dari pengelolaan lahan, air, pupuk, hingga pascapanen dan industri pengolahan, semuanya membutuhkan pendekatan berbasis sains dan teknologi," ungkap Aman.
Mulai dari mahasiswa hingga alumni menyuarakan kritik keras terhadap sikap Dekan Fateta Slamet Budijanto atas perubahan nama tersebut.