Ilustrasi. Foto: Dok MI
Jakarta: Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terpantau kembali melemah pada perdagangan sore ini. Mata uang Garuda ini tak mampu mempertahankan penguatan yang sempat terjadi pada pagi tadi.
Mengacu data Bloomberg, Senin, 3 Maret 2025, rupiah melemah hingga 115,5 poin atau 0,70 persen menjadi Rp16.480 per USD dibandingkan pembukaan perdagangan sebelumnya di posisi Rp16.523 per USD.
Sementara itu, berdasarkan data Yahoo Finance, rupiah melemah hingga 99 poin atau 0,60 persen menjadi Rp16.475 per USD dibandingkan perdagangan sebelumnya di posisi Rp16.570 per USD.
Adapun berdasarkan data kurs referensi mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat alias Jakarta Interbank Spot Dolar Rate (JISDOR) yakni Rp16.506 per USD.
(Ilustrasi nilai tukar rupiah. MI/Susanto)
Kebijakan Trump hingga PHK
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengungkapkan, pergerakan rupiah dipengaruhi oleh mengukur dampak dari banjir pengumuman kebijakan terkait energi yang dibuat oleh pemerintahan Trump bulan ini. Setelah Trump mengatakan tarif yang diusulkannya untuk Kanada dan Meksiko akan mulai berlaku pada 4 Maret sesuai jadwal, dengan alasan obat-obatan masih masuk ke AS dari negara-negara tersebut.
Dalam sebuah posting di platform Truth Social miliknya, Trump menambahkan Tiongkok akan menghadapi biaya tambahan sebesar 10 persen pada hari itu. Pada Rabu, Trump tampaknya mengindikasikan pungutan impor yang ditunda untuk Kanada dan Meksiko dapat ditunda sekitar satu bulan lagi, dengan mengatakan pungutan tersebut akan mulai berlaku pada 2 April.
Namun, seorang pejabat Gedung Putih kemudian mengatakan tenggat waktu Trump sebelumnya pada 4 Maret masih berlaku sampai saat ini. Trump juga menyatakan ia akan segera memberlakukan tarif timbal balik sebesar 25 persen untuk mobil dan barang-barang lain yang berasal dari Uni Eropa.
Seorang juru bicara Komisi Eropa mengatakan UE akan menanggapi dengan tegas dan segera terhadap hambatan yang tidak dapat dibenarkan terhadap perdagangan yang bebas dan adil.
"Yang juga membebani sentimen investor, data menunjukkan klaim pengangguran AS melonjak lebih dari yang diharapkan pada minggu sebelumnya, sementara laporan pemerintah lainnya menegaskan kembali pertumbuhan ekonomi melambat pada kuartal keempat," terang Ibrahim.
Dari dalam negeri, Ibrahim melihat pasar merespons negatif terhadap badai pemutusan hubungan kerja (PHK) di industri manufaktur masih terus berlanjut imbas banyaknya pabrik yang menutup operasinya, baik karena kebangkrutan maupun hengkangnya investor asing dari Indonesia.
"Hal ini akan berdampak terhadap menurunnya kelas menengah yang merupakan tulang punggung pertumbuhan ekonomi. Hanya saja, dikhawatirkan jumlah kelas menengah akan terus menyusut apabila tidak ada aksi perkuat sektor industri," sebut dia.